Langsung ke konten utama

SURGA DARI SANG BUNDA

Bagi orang2, proses melahirkan itu merupakan hal yang biasa. Udah dari jaman dulu perempuan melahirkan. Gak perlu heboh, gak perlu dibesar2kan. Tapi bagi yang mengalaminya tetap aja proses itu merupakan proses penting. Perjuangan antara hidup dan mati. Pengorbanan untuk mengeluarkan seorang anak dari dalam rahim untuk menghirup aroma hidup. Gak cukup sembilan bulan bebagi nafas, ditambah dengan derita sakit persalinan.

Minggu ini, aku melihat 2 bayi yang baru lahir. Satu tanggal 15 Januari, satu lagi hari ini. Baru hitungan jam dia lahir. Aku aja yang bukan ibunya, takjub ngeliatnya. apalagi orang tuanya ya. Pasti senang, bangga dan terharu. Bahkan mungkin ada sejuta perasaan lain yang gak bisa aku ungkapkan, karena aku belum pernah merasakannya.

Pernah gak, melihat proses persalinan secara langsung? Saat seorang wanita berjuang untuk hidup calon anaknya. Aku belum. Dengar cerita dari teman2 aja aku udah ngilu. Membayangkan gimana sakitnya, gimana rasanya. Saat pembukaan 1 sampe 9 (bayangin aja pembukaan 9 itu berarti tangan dokter udah bisa masuk ke jalan lahirnya), saat mengedan, saat anaknya udah mau keluar, saat vagina (maaf, gak maksud jorok) digunting untuk membuka jalan lahir, saat  vagina (maaf lagi, gak maksud porno) dijahit lagi. yang udah digunting tadi. Aaaahhhhhh, ngilu. Takut. Trauma....

Aku emang belum jadi seorang ibu. Belum pernah hamil dan melahirkan. Belum pernah melihat proses persalinan secara langsung. Namun, saat mendengar cerita teman2ku, saudaraku yang udah mengalaminya, aku sadar, menjadi ibu bukan hal yang mudah. Waktu Dita mau lahir, aku ikut nungguin di rumah sakit.
Ceritanya, kak Kiki, ibunya Dita, tinggal di luar kota, kira2 empat jam dari Pekanbaru. Siang2 dia ngerasa sakit di perut bagian bawahnya, dia langsung berangkat naek speed boat ke Pekanbaru, sampe di sini, dibawa ibu ke rumah sakit. Kata dokter, udah pembukaan dua, kak Kiki langsung rawat inap. Sampe tengah malam, pembukaannya gak nambah2, dengan penuh inisiatif dokter kasih injeksi induksi di punggung. Katanya, induksi itu buat mempercepat proses persalinan. Katanya lagi, sakit yang dialami karena induksi, dua kali lipat dari pada proses alami. Nggak tahu kenapa, pembukaannya gak juga nambah. kak Kiki udah sakit2, suaminya udah nangis2. Ibu bilang ma aku, tolong bilangin ma kak Kiki, minta maaf dulu sama orang tua biar mudah jalannya. Aku sampaikan pesan ibu, kak Kiki minta maaf. Sampe subuh, jalan lahirnya gak juga terbuka. Tetap pembukaan 2. kak Kiki udah merintih2 kesakitan, suaminya udah nangis, gak tega lihat istrinya kesakitan, tapi dia juga gak punya uang untuk caesar. Aku dengar dia bisikin ma kak Kiki, "sabar ya bu, sabar. Kita gak punya uang untuk operasi." kalo diingat sekarang, aneh ya. Istrinya sakit, dia malah bahas masalah itu. Tapi karena waktu itu aku liat gimana Bang Dedi gak lepas2 pegang tangan, ngelus kepala, punggung dan gak pernah beranjak dari sisi kak Kiki, aku terharu pengen nagis. Maklum baru nikah, keuangan mereka masih amburadul. Ibu dan ayah udah gak tahan liatnya. Tapi gak bisa ngomong apa2 juga. Sampe jam tujuh pagi belum ada juga pembukaan, bang Dedi nya gah tahan, sambil nangis2 dia minta kak Kiki operasi aja. Masalah biaya nanti aja dipikirkan. Maka dengan sukses aku ikut naek ambulans yang bawa kak Kiki, dari RSIA Andini ke RS Ibnusina buat dioperasi. Merinding abis naek ambulans dengan sirene ngoeng2 sepanjang jalan. Sampe di Ibnusina, ternyata di OK yang lagi dinas mama nya temanku, Neni. Alhamdulillah, kak Kiki dapat kemudahan. Dibantunya supaya gak terlalu sakit. Soalnya, setelah kak Kiki, ada lagi 1 pasien caesar, pas baru masuk, teriakannya histeris banget. Kami udah kaget. Ternyata dia teriak waktu pasang kateter ke saluran pipisnya. Karena ada mama Neni disana, kak Kiki dibius dulu, baru pasang kateternya. Jam 9 pagi tanggal 9 Agustus 2007 (090807) bertepatan dengan hari jadi Kota Pekanbaru, lahirlah si cantik Dita. Yang kasih nama, aku dan andy. Kami menghilangkan hak mutlak orang tuanya buat kasih nama. Namanya, Nadita Khaira Ananda. Nadita itu singkatan dari Na (Nanan) Di (Andy) T (Tesdayarni, nama ibuku) A (Atharuddin, nama ayahku), egois banget kan???

Dita versi bayi




Dita versi dewasa yang udah bisa diajak perang pake samurai



Percaya atau nggak, aku pernah lho gak teguran dengan Dita... Hakhakahakkk.... dan aku sebagai pihak tua yang disalahkan. Padahal aku gak salah, Dita tu yang suka ngadu domba. Dia nusuk mataku, terus malah aku yang dibilangnya jahat sama ibu. Sukses, aku gak teguran dengan Dita....  Tapi Dita nyerah, saat aku mau pergi, dia gak rela tinggal. Jadi, walopun gengsi, dia terpaksa negur aku duluan, heheheeee..... Tapi aku dimarahin ibu karena sampe mau2nya berantem ma Dita....

Okeh, kembali ke cerita awal. Melihat perjuangan ibu2 melahirkan, aku sadar, gak selayaknya kita ngelawan ibu. Wajar surga ada dibawah telapak kaki ibu. Karena Tuhan menilai ibu sebagai sosok mulia, surga pun berada di bawah telapak kakinya, bukan diatas kepalanya.

Dedicate For My Mom

Ibu, kamu malaikat tanpa sayap untukku. Mungkin engkau tak sesuci Siti Maria. Tak sekudus Bunda Theresa. Tak secantik  Cleopatra. Ibu, bagiku engkau lebih sempurna dari siapapun. Sembilan bulan ku nyaman di rahimmu, kau berbagi nafas denganku, berbagi hidup denganku. Ku tak tau betapa sulit bagimu, harus tidur dengan perut menggembung, harus bekerja dengan perut membesar. Demi ku, tetap kau bahagia, tak pernah berduka dan merasa putus asa. Ketika saatnya tiba, perjuanganmu lebih berat lagi. Kau perjuangkan hidupmu demi hidupku, kau tiupkan nafasmu demi nafasku, kau abaikan mati mu demi nyataku,  kau teteskan air mata demi senyumku, kau tunjukkan dunia padaku, kau bukakan jalan bagiku. Ibuku, mungkin aku menangis saat pertama kali menghirup udara bumi. Sungguh Bu, aku tak nyaman meninggalkan hangat rahimmu. Aku takut tak terlindung seperti rasa aman ku selama di sana. Ibu, kau tetap malaikat tanpa sayapku. Seumur hidupku, tak sekali pun kau mengecewakanku, menolak permintaanku, mendustakan janji padaku. Ibu, aku lah yang sering melukai hatimu, mengabaikan nasehatmu dan menulikan telingaku untuk permintaan tolongmu padaku. Ibu, seluas samudera hatimu tercipta, tak pernah ada dendam untukku, tak pernah ada makian bahkan keluhan pun tak pernah kau suarakan. Kau hapus airmata saat katimu tersakiti, sungguh Bu, mohon ampun untuk semua khilafku, aku takut Bu, takut kala air mata mu menetes karena aku. Takut saat kau memendam duka karena kesalahanku. Ibu, aku bukan anak yang sempurna. Tak ada yang bisa aku berikan, tak ada yang bisa aku persembahkan. Kasihku hanya sepanjang galah saat kau persembahkan kasih sepanjang jalan. Seperti air laut yang takkan pernah berkurang asinnya begitulah kau mencintaiku, tak mau berkurang selamanya.

Ibu tak ada yang bisa aku daya. Aku belum jaya, belum kaya. Belum bisa membuatmu bangga. Aku belum jadi apa2 di dunia ini. 

Ibu, aku ingin berterimakasih untuk setiap peluhmu merawatku. Aku ingin berterimakasih untuk terjagamu dalam lelapku. Aku ingin berterimakasih untuk kasih sayangmu seumur hidupku. Aku ingin berterimaksih untuk cucuran keringat yang telah menetes untuk memenuhi inginku. Aku ingin berterimakasih untuk doamu dalam tidurku. Aku ingin berterimakasih untuk semuanya bu, kesempatan hidup di dunia dan memiliki mu sebagai wanita terindah dalam hidupku. Ibu, ketika suatu saat aku menyakitimu dengan lisanku, mohon marahilah aku. Ketika suatu saat aku menyakitimu dengan tanganku, maka berikan pukulan yang dua kali lipat sakitnya Bu. Sadarkan aku akan agungmu. Sadarkan aku akan kudusmu. Sadarkan aku untuk setiap doa dan air matamu. Sadarkan aku akan hidupmu yang telah kau berikan padaku. Sadarkan aku untuk nyawa mu yang telah kau pertaruhkan untukku. 
Ibu, engkau malaikat tanpa sayap bagiku. Engkau bunga segala musim bagiku. Engkau sahabat sehidup semati untukku. Ibu, aku mencintaimu, dengan seluruh aliran darah yang mengalir di tubuhku. Terimakasih Ibu, untuk kesempatan hidup yang telah kau berikan padaku.... Ibu, bahkan ketika aku berikan surga ke telapak kaki mu pun, takkan cukup untuk membalas semua jasamu seumur hidupku.

Komentar

  1. KEREN DEH TUH BUAT IBUNYAAA #proud :D

    BalasHapus
  2. love mom the most!! >,< >,<

    p.s: aku juga suka berantem sama sepupuku yang masih kecil. kalo dia nakal aku diemin, aku acuhin, tapi lama-lama malu sendiri. anak kecil kok diladenin haha..

    BalasHapus
  3. @mira: nanan juga suka gitu. muakakakakak

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada blog baru ini jadi semangat buat posting. Maklum manusia purba , orang-orang udah basi tapi aku baru mulai, selalu begitu..... Jadi semalam pagi2 aku stress berat. idupin laptop gak bisa.. Padahal baru dicas sampe penuh P adahal laptop ku baru Tuhan apa yang terjadi? dengan nafsunya aku bawa laptop ke tukang serpis. sekalian komplen masa laptop baru udah rusak. sampe disana, abang yang nyerpis laptopnya cute dan kelihatannya masih sangat brondong. abang cute :"Kenapa laptopnya BUK?" ahhhh, aku ibuk2? aku : "gak mau idup bang, padahal baru di cas semalam jadi gak mungkin abis batere." Si abang cute langsung nyari cas laptop terus ngecas laptop ku. lima menit kemudian dia coba idupin dan LAPTOPNYA IDUP. IDUP!!! Langsung malu dan ingin mengubur diri. tapi tetap jaga wibawa di depan abang cute. aku : "cuma abis batere ya bang? oh, mungkin karena semalam kerja sampe pagi, jadi baterenya gak kuat." cuih cuih cuih, kerja? yang ada juga ketiduran sampai pa

MAMAK MAUNYA APA

Ini pertanyaan yang sedang mamak ajukan ke diri mamak sendiri, berkaitan dengan si kakak (halah). Rasanya, ilmu psikologi yang mamak pelajari selama 4.5 tahun sia-sia, karena anak sendiri pun gak bisa mamak kendalikan kelakuannya.  Jadi di rumah mamak, ada tetangga baru, rumah yang dulunya kosong, kini terisi kembali. Hati mamak gembira sekali, mana tetangga mamak ini bakul kue pulak. Ah, cocok kali rasa mamak kan. Tapiiiiiii.... si kakak, yang sangat antusias tetanggaan sama teman satu sekolah, euforianya keterlaluan. Buka mata pengen langsung main ke tetangga, dan jadi sering ngebentak-bentak kalo dibilang jangan pergi main. Yah, kan gimana ya, namanya juga orang, pengen tidur, istirahat, makan dan punya banyak waktu bersama keluarganya. Dan kalau si kakak main disitu berjam-jam, yang punya rumah pasti eneg, mau nyuruh pulang gak enak, mau dibiarin makin gak enak. Mamak udah ngasi ceramah sama si kakak, semua stok ceramah agama mamak udah mamak keluarkan. Tapi gak mempan

GAMBAR MAMAK

Semalam si kakak menggambar sesuatu di kertas bekas merk jaket. Dan pas udah selesai, taraaaaaaaa... Kata si kakak, "ini gambar bunda." Mamaknya sih ketawa, ngasi jempol. Dan si kakak mesem-mesem bangga dipuji mamaknya. Tapi sebenarnya dalam hati mamak bergejolak. Kenapa gambar mamak kaya gini, muka mamak dicoret-coret pulak. Maksudnya menggambarkan apa ini nak? Ditambah hidung mamak double gitu. Beserak-serak muka mamak yang ada dalam benak si kakak. Mungkin, ini teguran dari kakak dan Tuhan. Sebagai mamak, mamak masih berantakan dalam mendidik si kakak, gak bisa kasi contoh yang baik juga. Hobi ngomel dan marah-marah. Tiap dia mau ngomong disuruh diam. Sampai-sampai, si kakak tiap malam ngomong, "Bund, Pa, kakak haus." Mamak bapaknya yang flat ini ngomong, "minumlah kalau haus." "Kakak haus perhatian." Mamak sama bapak pandang-pandangan. Terus ketawa.  Padahal banyak makna pastinya dari kata-kata si kakak itu. Seja