Langsung ke konten utama

FOR MY EVER AFTER GIRL





Menikah......

Bagi wanita middle age mungkin merupakan suatu dambaan, harapan dan angan2.... Begitu juga aku. Sekarang aku lagi pengen nabung, buat pernikahanku kelak. Aku udah mikirin pestanya kaya apa, konsepnya gimana, bahkan aku udah booking "MAN BEHIND THE GUN" untuk foto prewed :)    Walopun rencana untuk menikah belum ada di benakku sekarang, bahkan untuk setahun kedepan.

Dua tahun yang lalu, kehidupan setelah pernikahan masih merupakan hal yang ghaib bagiku. Gak terbayang gimana, senang atau susah, enak atau nggak. Masih out of mind.... Hehehehee....

But now, when my friend go away one by one (Okeh, aku mengakui bahasa inggrisku ngaco dengan skor toefl cuma seratus, tolong mengerti!), maksudnya setelah satu demi satu temanku menikah, dikit2 mulai kelihatan gambarannya.

Ternyata menikah itu seperti HUTAN RIMBA.... Saat kita belum memasukinya, kita ingin masuk, penasaran dengan isi dalamnya, maka kita berusaha untuk masuk dan menerjang semua rintangan. Saat udah berada di tengah2nya, kita bingung, semuanya gelap, dan kita mulai mencari cahaya yang dapat menunjukkan jalan keluar. Baiklah, analogi ini hanya kesimpulan sepihak setelah aku mendengar kehidupan sahabat2 terdekatku yang udah nikah.

Pacar akan berubah 180 derajat saat udah menyandang status SUAMI (emang, ini postingan bias gender yang memojokkan jenis kelamin tertentu kecuali PEREMPUAN). Proses beradaptasi untuk mewujudkan rumah tangga sakinah, mawaddah, warahmah terasa sangat berat. Banyak aral melintang, banyak cobaan dan juga kekerasan. Gak percaya, ini bukti tertulisnya :

Waktu main ke rumah teman yang baru SETAHUN menikah, lantai rumahnya pecah, aku bertanya dengan polos, kenapa. Dan tanpa merasa berdosa, dia menjawab "Oh, abis berantem dengan Mas, aku emosi, aku lempar dia pake piring tapi malah jatuh ke lantai, pecah keramiknya."

Seru sekali sepertinya! Mungkin lain kali sebelum melempar piring, lihat2 dulu, piringnya kaca atau plastik, jadi gak rugi uang buat beli piring lain dan gak rugi waktu karena terpaksa ngeberesin sendiri piring2 yang pecah. Atau bisa juga dijadikan sebagai lahan mencari keuntungan, bagi yang melemparkan piring tapi gak kena, wajib kasih duit ke kubu lawan.

Aku gak bilang menikah itu sama sekali gak enak. Seperti dua sisi mata uang, ada enak dan gak enaknya. Coba aja wawancara, minimal ibu sendiri, mungkin lebih banyak cerita2 gak enaknya.

Ini sekelumit cerita2 temanku yang udah nikah :

Case 1

Nama    : Kwin
Status    : Tiga tahun menikah


Kwin : 
Nikah aja cepat2 Nan, nikah itu enak lho. Kita bisa ngurus suami, bahagia banget pokoknya.
Aku   : 
Ooooo....


TIGA HARI KEMUDIAN


Kwin   :
Jangan cepat2 nikah Nan, nikah itu gak enak. Nikmatin aja dulu masa muda puas2, lebih enak kaya dulu, waktu masih sama orang tua. Sekarang stres mikir. Sampe garam habis pun harus kita yang mikirin.
Aku   :
Haaaa????????????

Case 2
Nama    : Tata
Status    : Empat tahun menikah


Tata  :
Ih,belum tau aja nikah itu enak. Kita bisa masak buat suami, ngurus rumah sendiri, sampe nyediain baju sebelum suami berangkat kerja, itu hal yang indah banget. Gak bisa dibilang kenikmatannya melayani suami dengan tangan sendiri.
Aku  :
Iya lah.....


SEMINGGU KEMUDIAN

Tata   :
Benci aku lihat suami aku. Masa semua urusan rumah harus aku ngerjain. Bayangin aja Nan, aku masak, nyuci, nyetrika, belum sempat istirahat pulang kerja langsung turun ke dapur. Suami aku duduk2 aja, entah kapan hidup aku bisa tenang. Tadi pagi, aku bilang br******, emosi aku. Masa sampe kunci rumah aja harus aku, yang gendong anak juga aku, tangan aku cuma dua.
Aku   :

?????????????


Case 3
Nama   : Kurti
Status   : Lima tahun menikah


Kurti   :
(Menangis) aku gak ngerti juga, apa iya Mas masih berhubungan sama si Ayu, pacanya yang dulu. Aku takut dia selingkuh. Duitnya sering habis, mungkin dia ngebayarin rumah yang dibeli si Ayu, aku udah sering dapat kabar. Dia sering pulang malam, aku dibiarkannya sendiri di rumah. Aku takut, aku pengen ngedatengin si Ayu itu, harusnya dia sadar kalo Mas udah jadi suami orang.
Aku   :
Sabar ya, mudah2an dia gak beneran selingkuh.


ENAM BULAN KEMUDIAN  :

Kurti dan aku lagi ketawa2 di rumah dia, ngeliatin anaknya yang lagi makan. Datang tamu cowok 

Tamu cowok  : "Kur, ada Mas?"
Kurti : "Lho, bukannya dia kerumah Abang?"
Tamu cowok : "Gak ah, aku tungguin dia gak muncul2."
Kurti : "Oh, mungkin ke rumah selingkuhannya, coba aja cari kesana." (senyum lalu ketawa...)

Tamu cowok : (bingung)


Itu cuma beberapa cerita aja. Banyak, sangat banyak cerita pahit dari teman2ku tentang rumah tangga yang dijalaninya. Aku, yang hanya bisa mendengar gak bisa berbuat banyak saat teman2ku bercerita mengenai masalah2 rumah tangga yang dihadapinya. Kadang semuanya membuatku takut untuk menikah. Namun tetap kita manusia dengan fitrahnya untuk menikah. Semua orang ingin menikah.

Gak sedikit juga rumah tangga yang aman sepanjang zaman. Aku udah ngeliat sontohnya. Waktu di Dumai, numpang nginap di rumah Rika (Hay Rika :O ). Gimana mama dan papanya, yang gak bisa dibilang muda, masih saling memandang dengan tatapan penuh cinta, berbicara dengan lemah lembut, berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk pasangan. Bahkan, mama cerita, selama menikah dengan papa, mereka belum pernah bertengkar sekalipun. BELUM PERNAH. Keren banget kan. Kalo dihitung2, usia pernikahannya udah panjang. Kayanya, hampir 40 tahun. Mamanya bilang, dia bingung kalo ngeliat suami istri bertengkar, dia gak pernah menemukan alasan untuk bertengkar dengan papa, karena papa udah ngasih yang terbaik, lebih dari yang mama harapkan. Aku terharu dengarnya, gimana bisa mama dan papa rukun selama menikah. Lain kali perlu dilakukan observasi khusus mama dan papa untuk menguak resep dibalik rumah tangga harmonis sepanjang masa... :)


Ketika seorang wanita, memulai proses pelepasan masa lajang, berpindah status menjadi istri, bertransformasi menjadi seorang wonder woman karena harus mengurus urusan rumah tangga sendiri, semuanya pasti akan terasa berat. Proses adaptasi yang dilewati terasa panjang dan melelahkan. Melewati bulan pertama, tahun pertama bahkan setelah sepuluh tahun pun, proses adaptasi itu belum juga berhenti. Mungkin akan semakin berat karena  ada anak yang harus difikirkan masa depannya. Saat cinta sudah mulai aus, sayang sudah mulai menggerus dan gairah menguap oleh masa, pasangan sering kali hanya menjadi beban. Karena kita harus tetap melayaninya dengan baik, memberikan yang terbaik agar dia tak menemukan setitik cacat pun yang bisa dijadikannya alasan untuk berpaling.

Aku pernah membaca sebuah sajak indah tentang perempuan, lupa aku kutip dari mana, mohon maaf kalau ada yang merasa sajaknya aku plagiat....
Perempuan membawa kekuatan lebih dari yang pria bayangkan. Perempuan bisa menjadi lemah di luar,  tapi kuat di dalam. Perempuan bisa tegar tanpa harus mengeluarkan suara menggelegar. Tetap lembut walau hatinya kalut.

Sekarang, aku hanya mendengarkan cerita teman2ku tentang sulitnya proses yang mereka jalani. Suatu saat mungkin aku juga melewatinya. Menghabiskan malam dengan orang yang sama, berbagi suka dan duka, belajar untuk mengerti, belajar untuk menghargai, belajar untuk tetap berdiri di atas semua perbedaan, belajar untuk menahan air mata saat sang suami mulai berpindah hati, belajar mengutamakan keluarga diatas kepentingan pribadi, belajar memahami ritme hidup keluarga suami, belajar menjadi bunglon karena menjalankan dua kehidupan, karir dan keluarga. Proses belajar yang gak akan pernah tuntas, proses belajar yang tak pernah berhenti di uji. Proses yang panjang, melelahkan, menyenangkan, membosankan, namun kadang mengharukan saat mengenangnya.

Pesan ibuku yang akan terus aku ingat mengenai hidup berumah tangga

Kehidupan berumah tangga itu, ibarat sebuah kapal. Kadang begitu tenang, kadang penuh gelombang. Suami Istri sebagai nakhoda yang mengatur kapal harus bisa melewati gelombang agar kapal tidak karam. Dan ketika gelombang telah terlewati, belajarlah bagaimana melewati gelombang2 selanjutnya. Mungkin kapal akan karam, mungkin juga akan tenggelam, namun bukannya tidak ada jalan, masih ada pelampung yang akan menyelamatkan, masih ada batu karang yang bisa dipegang, masih ada serpihan kayu yang membantu untuk bertahan. Pelampung, batu karang dan serpihan kayu itu adalah para sahabat. Ketika masalah begitu rumit, gak akan mungkin kita berbagi pada keluarga, kita harus tetap menjaga respect keluarga terhadap suami, maka sahabatlah tempat kita mengadu. Bercerita. Membuka kembali pikiran jernih kita. Menganalisa masalah agar bisa mengambil keputusan terbaik. Mendapatkan pandangan2 objektif. Membuat kita kembali melihat sisi positif pasangan kita. Membuat kita mengerti. Memahami. Dan kemudian, menjalani lagi dengan pikiran yang lebih jernih.

Untuk Sahabatku tersayang, seseorang yang selalu ada untuk sedihku, bahagiaku, tangisku, emosiku, seorang sahabat yang penting dalam hidupku, dan akan selalu berarti, apapun perubahan yang terjadi. Semoga goresan pikiranku di atas mempermudah proses hidup yang kau jalani, hanya ini yang bisa ku lakukan. Saat lisan tak lagi punya ruang untuk berdendang, maka tulisan ini yang kuberikan. Tak terlalu bagus memang, banyak kekurangan didalamnya, banyak yang salah dalam rangkaiannya, namun khusus untukmu, untuk memotivasimu, menghilangkan gundahmu, melapangkan hatimu, dan menguatkanmu. You're best friend ever after, terimakasih untuk ikhlas, sabar, sabar dan kesabaran  itu, terimakasih untuk  semua yang pernah ada, yang telah ada dan yang selalu ada. ILU.


Kau yang sedang belajar melewati proses adaptasi menjadi seorang istri, yang sedang mengalami krisis hati, yang merindukan masa2 sendiri dan yang merindukan waktu untuk berbagi. Aku akan mengerti dan memahami perubahan apapun yang akan terjadi padamu. Lewati saja hari2 yang berat ini dengan tenang, karena aku yakin, di saat yang berat, ada seseorang yang menjagamu lebih baik dari siapapun. Mungkin sekarang kau sedang melewati hari2 yang melelahkan, saat kau harus melakukan pekerjaan yang tak pernah kau bayangkan, saat kau harus memikirkan dengan rinci keluar masuknya pundi2, saat kau harus melewati rutinitas 24 jam selama 7 hari dalam seminggu, saat kau harus, harus dan terus hidup dalam keharusan. Aku tak bisa membantumu seperti biasa, aku tak bisa mencampuri hidupmu terlalu jauh, seperti dulu. Namun satu yang pasti, aku selalu ada, saat kau lelah menjalani tugas2mu, saat kau jenuh melalui hari2mu, saat kau memerlukan seseorang untuk membagi kesalmu, sedihmu, tangismu bahkan marahmu.

Ketika kau penat menjalankan kapal mu bersamanya, berlabuhlah sebentar di dermagaku, sejenak saja tertawa, bercerita, membagi semua duka dan melebur semua beban di dada. Agar saat kau berlayar kembali, kapalmu tak lagi oleng di hembus angin, tak akan tenggelam dihempas ombak dan tak akan hilang ditelan gelombang.







Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada blog baru ini jadi semangat buat posting. Maklum manusia purba , orang-orang udah basi tapi aku baru mulai, selalu begitu..... Jadi semalam pagi2 aku stress berat. idupin laptop gak bisa.. Padahal baru dicas sampe penuh P adahal laptop ku baru Tuhan apa yang terjadi? dengan nafsunya aku bawa laptop ke tukang serpis. sekalian komplen masa laptop baru udah rusak. sampe disana, abang yang nyerpis laptopnya cute dan kelihatannya masih sangat brondong. abang cute :"Kenapa laptopnya BUK?" ahhhh, aku ibuk2? aku : "gak mau idup bang, padahal baru di cas semalam jadi gak mungkin abis batere." Si abang cute langsung nyari cas laptop terus ngecas laptop ku. lima menit kemudian dia coba idupin dan LAPTOPNYA IDUP. IDUP!!! Langsung malu dan ingin mengubur diri. tapi tetap jaga wibawa di depan abang cute. aku : "cuma abis batere ya bang? oh, mungkin karena semalam kerja sampe pagi, jadi baterenya gak kuat." cuih cuih cuih, kerja? yang ada juga ketiduran sampai pa

MAMAK MAUNYA APA

Ini pertanyaan yang sedang mamak ajukan ke diri mamak sendiri, berkaitan dengan si kakak (halah). Rasanya, ilmu psikologi yang mamak pelajari selama 4.5 tahun sia-sia, karena anak sendiri pun gak bisa mamak kendalikan kelakuannya.  Jadi di rumah mamak, ada tetangga baru, rumah yang dulunya kosong, kini terisi kembali. Hati mamak gembira sekali, mana tetangga mamak ini bakul kue pulak. Ah, cocok kali rasa mamak kan. Tapiiiiiii.... si kakak, yang sangat antusias tetanggaan sama teman satu sekolah, euforianya keterlaluan. Buka mata pengen langsung main ke tetangga, dan jadi sering ngebentak-bentak kalo dibilang jangan pergi main. Yah, kan gimana ya, namanya juga orang, pengen tidur, istirahat, makan dan punya banyak waktu bersama keluarganya. Dan kalau si kakak main disitu berjam-jam, yang punya rumah pasti eneg, mau nyuruh pulang gak enak, mau dibiarin makin gak enak. Mamak udah ngasi ceramah sama si kakak, semua stok ceramah agama mamak udah mamak keluarkan. Tapi gak mempan

GAMBAR MAMAK

Semalam si kakak menggambar sesuatu di kertas bekas merk jaket. Dan pas udah selesai, taraaaaaaaa... Kata si kakak, "ini gambar bunda." Mamaknya sih ketawa, ngasi jempol. Dan si kakak mesem-mesem bangga dipuji mamaknya. Tapi sebenarnya dalam hati mamak bergejolak. Kenapa gambar mamak kaya gini, muka mamak dicoret-coret pulak. Maksudnya menggambarkan apa ini nak? Ditambah hidung mamak double gitu. Beserak-serak muka mamak yang ada dalam benak si kakak. Mungkin, ini teguran dari kakak dan Tuhan. Sebagai mamak, mamak masih berantakan dalam mendidik si kakak, gak bisa kasi contoh yang baik juga. Hobi ngomel dan marah-marah. Tiap dia mau ngomong disuruh diam. Sampai-sampai, si kakak tiap malam ngomong, "Bund, Pa, kakak haus." Mamak bapaknya yang flat ini ngomong, "minumlah kalau haus." "Kakak haus perhatian." Mamak sama bapak pandang-pandangan. Terus ketawa.  Padahal banyak makna pastinya dari kata-kata si kakak itu. Seja