Langsung ke konten utama

FORBIDDEN FOR UGLY DUCK

NOTE : Turut berduka cita atas kecelakaan mobil yang menimpa atanotonogoro sehingga menyebabkan Driver ata berpulang ke Rahmatullah...  Keep strong Dear, Hope God save u... Mudah2an Almahrum diterima di sisiNya, diampuni segala dosanya dan diterima segala pahalanya.


Assalamualaikum Wr, Wb, sore yang mendung di belahan bumi Pekanbaru. Gimana di tempat Kamu? Aku harap nanti malam akan turun hujan, karena siang tadi, panasnya bukan main. Sebelum memulai posting, mau cerita dikit. Jam 3an, pulang kerja aku nyapu rumah sambil hidupin tipi. Karena penguasa remote nya ayah, maka aku membiarkan saja siaran apapun yang akan ayah pilih. Dengan yakin, ayah memilih siaran TVRI Riau. Sambil terus nyapu, aku pasang telinga untuk mendengarkan acaranya. Gini kata penyiarnya :
Rumah yang menjadi ciri khas suatu daerah disebut rumah adat. Jarang diketahui bahwa ternyata di daerah Kampar Riau ada sebuah rumah adat yang terletak di daerah Kampar Barat, masyarakat setempat menyebutnya RUMAH BORDIR
HAH??? RUMAH BORDIR? Aku menyingkirkan sapu dan merasa sangat tertarik dengan acara yang satu ini. Sang Penyiar melanjutkan,
Nama rumah adat itu sendiri berasal dari kata LENTIK. Rumah adat LONTIAK memang tidak sepopuler.... bla bla bla
Ternyata LONTIAK. Jauh banget dari kata BORDIR... Hehehee, telinga dan otak sama eror nya.

Baiklah sodara2, lihat ke bawah



Hehehe.... itu foto waktu wisuda Februari 2007. Yang disebelahnya oknum bernama MASHURI, cowok biasa dengan wajah ganteng, kepribadian ganteng, keuangan ganteng tapi tetap gak bisa bikin kuch kuch hota hei. Wisuda merupakan moment Kebahagiaan Sehari buatku. Beneran lho, aku cukup bangga waktu wisuda  karena dari satu angkatan anak 2002, kami yang pertama menyelesaikan skripsi, terus diwisuda dengan sukses. Ini dia anak2 beruntung itu.



Sehari setelah wisuda dunia berkata : WELCOME TO THE JUNGLE, SELAMAT DATANG DI DUNIA PENGANGGURAN. PLEASE SPEND YOUR TIME WITH EMPTY HOPE.

Itu terjadi padaku. Setelah wisuda, hidup malah lebih membosankan. Kebiasaan waktu nyusun skripsi, sibuknya dari pagi sampe malam, nyebarin skala penelitian, stand by di tempat penelitian nungguin subjek yang cocok dengan kriteria penelitian, ngejar2 dosen buat bimbingan, ngetik revisi skripsi sampe pagi... Begitu terus sampe akhirnya sidang skripsi berlangsung.... BERHASIL.... BERHASIL..... Yah segitu aja. Euforia wisuda cuma terasa sehari. Sambil nunggu ijazah asli keluar, mulailah aku berburu kerja. Gak hanya koran, intenet bahkan door to door perusahaan aku datangi buat melamar kerja. Ini betul terjadi. Seorang sarjana yang baru tamat dan belum ada pengalaman kerja, sangat susaaahhhh dapat kerja. Perlu waktu lama, usaha maksimal dan doa sampe nangis darah. Apalagi untuk jurusan yang aku pilih, Psikologi. Keren banget kayanya ada title Sarjana Psikologi dibelakang nama, tapi nyari kerjaan yang sesuai jurusan,susye bener... Waktu SMP aku udah cita2 pengen jadi psikolog. Pikir ku kala itu, kalo udah tamat aku mau buka praktek. Gimana gak enak kerjaannya, orang datang ke kita terus berkeluh kesah, kita kasih solusi dan dibayar. UHUI. Kebahagiaan akan bayangan hidup kaya, pupus setelah benar2 memilih jurusan itu, ternyata untuk bisa buka praktek harus nyambung sekolah lagi, S2 Profesi, oke dengan semangat 45 aku browsing nyari tahu berapa  biaya yang diperlukan untuk S2. Setelah tau, aku hanya tertunduk lesu dan meyakinkan diri bahwa aku gak akan mampu membiayainya. Mencapai 9 digit angkanya, mungkin sekarang lebih mahal lagi. Maka dengan cepat aku menetapkan cita2 baru. Aku pengen kerja di bagian HRD. Sebenarnya aku pengen kerja di RSJ, lebih asik, minimal kalo magang disitu, dapat pengalamannya. Tapi mengingat aku sangat gampang terpengaruh, ibu mewanti2 ku untuk membatalkan keinginan itu, ibu takut aku ikut jadi gila. Bukan tanpa alasan ibu takut, aku pernah sekali main ke RSJ, pulang2 aku melakukan hal2 aneh dan janggal di rumah. Padahal aku cuma beberapa jam aja disana. Target ku  muluk2 banget, pengennya jadi Personalia di Bank atau hotel.

Maka mulailah aku berburu pekerjaan. Lihat sana sini, sangat susah mencari lowongan : DICARI S-1 PSIKOLOGI FRESH GRADUATED UNTUK BAGIAN PERSONALIA DI BANK X... Gak putus asa, aku mendatangi bank2 di Pekanbaru dan memasukkan lamaran. Gak ada respon sama sekali. Aku mulai intropkesi diri. Mungkin jangan ketinggian target dulu, maka aku memasukkan lamaran kepada seluruh pemasang iklan lowongan di koran. Thanks God, aku diterima di salah satu sekolah swasta yang baru buka. Kerjaan ku disitu kesannya keren, terapis anak autis. Tapi yang terjadi, kerjaanku tiap hari ngejar2 anak autis yang lari2 keliling lapangan, menerima tamparan, pukulan, cakaran dari mereka dengan ikhlas. Apalagi kalo anaknya lagi Tantrum, ngamuk2 gak jelas, aku sangat kewalahan. Menilai kinerjaku yang sangat minim, maka dengan ikhlas aku dirumahkan oleh kepala sekolahnya.... Alhamdulillah, bidang ini memang gak cocok untukku.

Dengan semangat aku mulai berburu lagi. Pada tahap kedua perburuan ini, aku menyadari sesuatu. Terjadi DISKRIMINASI antara seorang pencari kerja berwajah cantik dengan seorang pencari kerja barwajah standar. Aku mengenyampingkan hal lain yang juga berpengaruh disini, yaitu koneksi.

Aku, seseorang dengan wajah biasa, berat badan berlebihan dan tinggi badan kurang, sangat sering gugur pada tes wawancara pertama. Ini gak omong kosong lho. Aku benar2 mengalaminya. Pernah aku wawancara kerja, kandidatnya ada 2. Aku dan seorang kakak berwajah cantik, bertubuh tinggi langsing. Sambil nunggu wawancara kami ngobrol2, ternyata dia sarjana ekonomi. Heran, yang dicari kan sarjana Psikologi. Wawancara berlangsung aman terkendali. Sampe2 bapak yang wawancarain ngomong dengan pastinya,
Saya ingin bagian personalia disini ditangani oleh anak psikologi. Saya ingin tahu sehebat apa kinerja kamu.
Wajar dong aku jadi berharap, tapi sampe seminggu aku gak juga dipanggil. Maka positiflah kalo kakak itu yang diterima. Pernah juga aku wawancara untuk sebuah perusahaan survey. Lagi2 aku gagal pada tes wawancara, teman dekatku yang berwajah cantik diterima. Gak masalah buatku karena aku mikir, mungkin belum rezeki. Pernah sekali aku main2 ke kantornya, pemandangan yang nampak adalah semua orang yang kerja di lapangan, yaitu yang melakukan survey, berwajah not bad. Dengan nilai rata2 8. Pahamlah aku apa yang terjadi. Gak semuanya memang perusahaan menetapkan kriteria pegawainya berwajah cantik. Tapi berapa persen sih itu? Aku sadar, kalo karyawan adalah image dari perusahaan. Jika ada pelamar yang sama nilainya dan sama baiknya, maka pasti fisik yang akan jadi bahan pertimbangan untuk menerima pelamar tersebut.

Bagi yang mempunyai skill, kreativitas, modal dan kesempatan akan lebih baik bagi mereka. Bisa buka usaha sendiri gak perlu nyari kerja kesana kemari. Namun aku yakin, gak sampe 10% dari seluruh sarjana yang ada mempunyai semua kelebihan itu. Lebih banyak yang mencari kerja daripada yang membuka lapangan kerja.

Dulu, abang sepupuku yang baru merintis usaha Event Organizer nanya sama aku,
Nan, ada teman nanan perempuan yang cantik
Aku mikir2 siapa ya temanku yang cantik dan kayanya berbakat buat kerja di EO, belum sampe kepikiran si abang nyambung lagi,
Gak pentinglah mesti sarjana, yang penting mau kerja apa aja dan "mau tandatangan diatas perut" untuk meng golkan proyek.
Tau kan artinya, pegawai yang mau melakukan apa aja untuk memenuhi tuntutan dari perusahaan, termasuk menumbalkan dirinya demi berhasilnya sebuah kerja sama. Aku yang sangat awam kala itu, cuma bengong. Lihat di perusahaan besar, lihat di bank, di hotel! Pegawai perempuannya rata2 cantik dan memiliki tubuh ideal. Bagi laki2 berwajah standar gak akan sesulit kaum hawa berwajah standar mencari kerja. Perempuan sering termarginalkan dengan stereotype yang tumbuh di masyarakat. Makanya perempuan berlomba2 jadi cantik, makanya perempuan takut tua, makanya perempuan rela diet mati2an, makanya perempuan rela mengumbar aurat, makanya perempuan  rela operasi plastik, makanya perempuan rela mengeluarkan budget jutaan demi sepotong baju dari perancang terkenal, makanya perempuan rela mengorbankan apa saja demi memenuhi tuntutan kecantikan itu. Perempuan cantik, harus terus menunjang kecantikannya agar selalu cantik, apalagi perempuan yang gak cantik, harus melakukan banyak hal agar terlihat sedikit cantik.

Tahun 2007 akhir, aku bekerja di sebuah perusahaan swasta bagian Personalia. Saat itu, perusahaan mencari pegawai untuk bagian sales dan staff admin. Maka kami buka lowongan di koran. Banyak berkas yang masuk, aku ikut menyeleksi untuk tes wawancara. Karena untuk staff admin yang dicari adalah perempuan, maka bapak2 yang ada disitu langsung ikut menyeleksi. Mereka mengabaikan suaraku, maka terpilihlah seorang cewek yang di foto kelihatan cantik. Pas hari wawancara, dia lebih cantik dari fotonya. Gambarannya, rambut panjang, wajah mulus, kulit sawo matang, tubuhnya seksi berisi, payudaranya gede dan bikin sirik. Aku yang ikut dalam proses wawancara gak sempat ngomong banyak, mungkin bapak2 itu terpesona dengan pemandangan indah di depan mereka. See? Aku ngerti, untuk bagian sales dan marketing yang menjual produk, resepsionis yang menjadi Front Office dari perusahaan, atau public relation yang membawa nama perusahaan keluar, menetapkan kriteria kecantikan dalam penerimaan karyawan. Aku juga memahami, untuk perusahaan hospitallity sekelas hotel bintang, memang diperlukan  karyawan bagiam operasional dengan penampilan fisik yang baik, memang begitulah standarnya. Tapi, untuk bagian back office, apakah hal itu juga penting? Untuk apa menerima seorang akuntan yang cantik tapi gak bisa menyusun neraca keuangan? Lebih baik menerima perempuan yang berwajah biasa tapi mahir menghitung pengeluaran perusahaan sampai pada hal2 kecil.

Mungkin ada teman2 yang protes dengan postinganku kali ini. Yang merasakan bahwa perusahaan tempat mereka bekerja gak seperti itu. Atau seseorang yang berkarir mapan, dan tidak merasakan bahwa kecantikanlah faktor yang membuat mereka mendapatkan pekerjaan. Ya ya, aku juga gak bilang bahwa semua perusahaan begitu. Dari 100%, kira2 50% yang begitu. Masih protes? Lalu bilang postinganku gak ilmiah, gak pake penelitian kuantitatif, jadi aku gak bisa seenaknya menetapkan angka segitu. Okey, mau 50%, 40%, 10% atau bahkan 0,0001% pun perusahaan yang menetapkan keindahan fisik dalam syarat penerimaan karyawan, maka itu tetap ada kan. 0,0001% juga sebuah nilai. Menandakan bahwa ada yang berbuat, walaupun presentasinya kecil. Aku emang gak menulis berdasarkan penelitian lengkap, hanya berdasarkan penglihatan, pendengaran dan pengalaman belaka. Sekedar berbagi, membuka cakrawala dan menggambarkan bahwa ada bagian kecil dari masalah kehidupan yang terabaikan. Masalah yang sempat aku hadapi dan mungkin ada teman2 yang juga mengalaminya.

Lain kali, ada baiknya pemasang iklan lowongan  lebih spesifik membuat iklannya :
DICARI KARYAWAN PEREMPUAN, FORBIDDEN FOR UGLY DUCK!!!

Atau :
MOST WANTED : KARYAWAN PEREMPUAN UNTUK STAFF LEGAL, PENDIDIKAN TERAKHIR GAK PENTING, PENGUASAAN Ms. OFFICE GAK PENTING, YANG PENTING CANTIK, LANGSING, PUTIH, BERAMBUT PANJANG DAN SIAP MELAYANI BOS 24 JAM.

Komentar

  1. nanan mana yang namany mashuri? itu cewek semua. #tabok

    BalasHapus
  2. #ahem rupanya foto yang di atas yang rame-rame itu. karena lama loading yang itu terakhir nongol fotonya. #blushing

    BalasHapus
  3. woo~ nendang nan postingannya!! hidup nanan!!

    BalasHapus
  4. #ahem nanan ga ngerasa UGLY DUCK kan?? #liatlemakdibadan #nangis #memeluknanan #merasasenasib

    BalasHapus
  5. Hakhakhak, ntar kalo nyari kerja rasain deh mir...rajin2 cari koneksi #memelukmira #pengencurhat #beratbadannaeklg

    BalasHapus
  6. ahahhaaha. ayok nan. kita buat usaha aja. #kayakbanyakduitaja

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada blog baru ini jadi semangat buat posting. Maklum manusia purba , orang-orang udah basi tapi aku baru mulai, selalu begitu..... Jadi semalam pagi2 aku stress berat. idupin laptop gak bisa.. Padahal baru dicas sampe penuh P adahal laptop ku baru Tuhan apa yang terjadi? dengan nafsunya aku bawa laptop ke tukang serpis. sekalian komplen masa laptop baru udah rusak. sampe disana, abang yang nyerpis laptopnya cute dan kelihatannya masih sangat brondong. abang cute :"Kenapa laptopnya BUK?" ahhhh, aku ibuk2? aku : "gak mau idup bang, padahal baru di cas semalam jadi gak mungkin abis batere." Si abang cute langsung nyari cas laptop terus ngecas laptop ku. lima menit kemudian dia coba idupin dan LAPTOPNYA IDUP. IDUP!!! Langsung malu dan ingin mengubur diri. tapi tetap jaga wibawa di depan abang cute. aku : "cuma abis batere ya bang? oh, mungkin karena semalam kerja sampe pagi, jadi baterenya gak kuat." cuih cuih cuih, kerja? yang ada juga ketiduran sampai pa

MAMAK MAUNYA APA

Ini pertanyaan yang sedang mamak ajukan ke diri mamak sendiri, berkaitan dengan si kakak (halah). Rasanya, ilmu psikologi yang mamak pelajari selama 4.5 tahun sia-sia, karena anak sendiri pun gak bisa mamak kendalikan kelakuannya.  Jadi di rumah mamak, ada tetangga baru, rumah yang dulunya kosong, kini terisi kembali. Hati mamak gembira sekali, mana tetangga mamak ini bakul kue pulak. Ah, cocok kali rasa mamak kan. Tapiiiiiii.... si kakak, yang sangat antusias tetanggaan sama teman satu sekolah, euforianya keterlaluan. Buka mata pengen langsung main ke tetangga, dan jadi sering ngebentak-bentak kalo dibilang jangan pergi main. Yah, kan gimana ya, namanya juga orang, pengen tidur, istirahat, makan dan punya banyak waktu bersama keluarganya. Dan kalau si kakak main disitu berjam-jam, yang punya rumah pasti eneg, mau nyuruh pulang gak enak, mau dibiarin makin gak enak. Mamak udah ngasi ceramah sama si kakak, semua stok ceramah agama mamak udah mamak keluarkan. Tapi gak mempan

GAMBAR MAMAK

Semalam si kakak menggambar sesuatu di kertas bekas merk jaket. Dan pas udah selesai, taraaaaaaaa... Kata si kakak, "ini gambar bunda." Mamaknya sih ketawa, ngasi jempol. Dan si kakak mesem-mesem bangga dipuji mamaknya. Tapi sebenarnya dalam hati mamak bergejolak. Kenapa gambar mamak kaya gini, muka mamak dicoret-coret pulak. Maksudnya menggambarkan apa ini nak? Ditambah hidung mamak double gitu. Beserak-serak muka mamak yang ada dalam benak si kakak. Mungkin, ini teguran dari kakak dan Tuhan. Sebagai mamak, mamak masih berantakan dalam mendidik si kakak, gak bisa kasi contoh yang baik juga. Hobi ngomel dan marah-marah. Tiap dia mau ngomong disuruh diam. Sampai-sampai, si kakak tiap malam ngomong, "Bund, Pa, kakak haus." Mamak bapaknya yang flat ini ngomong, "minumlah kalau haus." "Kakak haus perhatian." Mamak sama bapak pandang-pandangan. Terus ketawa.  Padahal banyak makna pastinya dari kata-kata si kakak itu. Seja