Jadi, setelah 5 tahun ldm, 2 tahun ini mamak dan si bapak alhamdulillah bisa tinggal bersama lagi. Apa yang berubah? Tentu banyak, salah satunya jumlah anak jadi nambah.
Awalnya, pasti berat untuk menyesuaikan diri lagi. Ibarat pengantin baru, mamak dan bapak memulai adaptasi dari awal lagi. Mamak gak suka kebiasaan si bapak, begitu juga sebaliknya. Mamak dan bapak terbiasa sama-sama bebas, terbiasa jauh, terbiasa jarang ketemu, terbiasa tidak memikirkan urusan sehari-hari satu sama lain. Tiba-tiba sekarang, mamak harus mikirin makan bapak, pakaian bapak, perlengkapan harian bapak. Awalnya stres pasti. Rasanya kok capek ya. Ngurusin anak 2, suami 1. Emosi tinggi. Rumah rasanya jorok terus. Tempat tidur gak pernah rapi. Kain kotor makin banyak. Cucian piring menumpuk. Banyak hal yang jadinya membuat mamak lemah letih lesu. Kerjaan rumah kaya unfinished business.
Mamak yang biasanya cuma mikirin si kakak, makan si kakak yang lebih sering beli jadi daripada masak, mengalami shock therapy saat harus bangun subuh, masak untuk bapak, mikirin bekal si kakak, mp asi anak bayi. Sukurnya si bapak ini type suami mandiri. Gak harus makan ditemenin, diambilin, kalau lagi gak enak badan bisa ngurusin diri sendiri. Karena terbiasa gak ada istri keknya, bapak pun jadi suami yang gak lenje.
Setelah menjalani hidup bersama lagi selama 2 tahun, mamak mulai bisa adaptasi, menyesuaikan ritme hidup. Udah bisa nyetel waktu jam berapa harus bangun supaya kerjaan rumah bisa beres sebelum berangkat kerja. Mamak juga bukan type istri yang suka nyusahin suami, mamak gak pernah minta bapak bantuin nyuci, nyuci piring, nyapu, beberes rumah, sampai sikat kamar mandi semua mamak handle sendiri. Yang penting pas mamak beberes, si bapak mau momong anak bayi, itu cukup bagi mamak. Biarlah mamak encok beberes sendirian.
Sekarang mamak lebih senang hidup bersama kaya gini. Asam garam selama ldm menjadikan mamak lebih banyak bersukur dengan kehadiran si bapak. Lihat anak-anak bisa puas main sama bapaknya, mamak bahagia. Lihat si bapak ada di depan mata selama 24 jam mamak bahagia. Lihat rumah berantakan karena kelakuan si bapak, mamak bahagia (separuh mengomel pastinya). Senang lah ada bapak. Ibaratnya walaupun beras habis, tapi bisa ketawa bareng melihat tempat beras yang kosong itu bisa ilangin separuh rasa lapar .
Anak-anak juga jauh lebih bahagia. Si kakak pun kaya trauma dia ditinggal si bapak kerja jauh lagi. Kalo rumah lagi rame, karena teman si bapak datang, si kakak selalu ngomong,
"Biarlah bund bapak ngerumpi sama kawannya, yang penting bapak gak pergi kemana-kemana."
Menikmati semua proses hidup itu penting. Bukan hanya senangnya, susahnya juga harus diresapi supaya hati kita menjadi lembut. Bisa mengambil banyak hikmah dari kehidupan kita. Pengalaman ldm selama 5 tahun jauh mendewasakan mamak. Seandainya dulu habis nikah mamak dan bapak langsung tinggal bareng, mungkin kami tidak akan 'setenang' ini sekarang. Mungkin emosi kami tidak akan sestabil ini. Mungkin dan banyak kemungkinan lainnya. Alhamdulillah, Allah menjauhkan kami selama 5 tahun, supaya kami sama-sama belajar. Belajar akan pentingnya kehadiran satu dan yang lain. Agar selalu bersukur ketika susah dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan apapun. Menjadikan kami sama-sama mandiri dan kuat, tidak saling menyakiti satu sama lain dan menyadari betapa pentingnya kebersamaan.
Walaupun rumah lebih sering kotor daripada bersih, walaupun bapak lebih sering megang hp daripada megang tangan mamak, walaupun bapak lebih sering peluk si kakak daripada peluk mamak, mamak tetap bahagia pak. Aku padamulah pokoknya, Pak.
Komentar
Posting Komentar