Ada harga ada kualitas. Itu slogan yang ada dimana-mana. Kalau mau beli barang, biarlah kalah membeli, tapi menang memakai. Biarlah beli mahal, tapi makenya long life. Kalau perlu beli merek-merek terkenal, selain menaikkan gengsi, juga nyaman dipakai.
Aghhhh, itu gak mamak banget. Bagi mamak, biar lah murah, asal gak murahan. Kecuali untuk dompet. Mamak sampai sekarang masih setia dengan dompet merk bonia, udah hampir 10 tahunan mamak pakai, itu kado ulang tahun dari sahabat mamak dulu waktu mamak masih muda belia. Tas mamak pake cath kidston, itu juga oleh-oleh dari oman waktu bulan madu. Selebihnya barang-barang mamak adalah barang dari kalangan menengah ke bawah.
Sepatu kerja mamak jangan ditanya. Sebagai mamak yang awet muda, mamak dulu punya 2 sepatu, buy 1 get 1 free di matahari, dua-duanya rusak dimakan usia, kulitnya mengelupas, yang satu kena banjir, jadi rusak dia. Kalo gak rusak, mamak gak akan mau ganti sepatu. Sekarang mamak pake sepatu bahan kain aja, merk north star dari bata seharga 150.000.
Baju jangan ditanya lagi. Daster mamak semuanya murah meriah. Harga 50an, 60an, keknya gak ada yang sampai 70an. Pernah sekali beli yang rada bagusan, merk kencana ungu, tapi umurnya sama aja dengan daster murah lainnya. Tetap aja ujung-ujungnya jadi kain elap, sejak itu mamak gak mau lagi beli daster mahal. Baju mamak cuma baju kerja sama daster aja, selain jarang keluar rumah kecuali kerja, mamak memang gak suka beli baju. Mubazir kan, mau dipake kemana. Ke alfamart pake daster pun okeh.
Jilbab mamak pun yang murahan. Gak pernah mamak beli jilbab sampai ratusan. Jangankan ratusan, limapuluhan aja sangat jarang. Bagi mamak yang penting fungsi. Menutup aurat. Dah titik. Mau harga 10.000 pun kalo sesuai dengan syariat islam, why not?
Ada orang yang memang nyaman dengan barang mahal, bermerek. Si bapak contohnya. Sepatu sukanya reebok, bisa dibilang fanatik dengan merek itu. Mamak juga gak paham apakah merek reebok itu termasuk kategori high-end atau gimana, yang mamak tahu sepatu itu mahal. 500an. Bagi sebagian orang mungkin biasa aja sepatu harga segitu. Bagi mamak, itu cukup untuk jajan mamak sebulan.
Si bapak dulu branded-holic. Semua baju, sepatu, celana, merek-merek yang bahkan mamak terkezut dengar celana panjang si bapak harganya 1.500.000, entah terbuat dari apa celana semahal itu. Semenjak kawin sama mamak, mamak cuci otak bapak, hasilnya sekarang dia beli celana atau baju gak pake mahal lagi, dia mau-mau aja beli celana obralan yang harganya kurang dari separuh harga celana yang lama.
Bagi mamak, daripada beli baju harga 500.000 dapat sebijik, biarlah mamak beli yang 100.000 dapat 5 bijik. Mamak lebih melihat fungsi dan manfaatnya daripada harga dan mereknya. Untuk apa mamak beli baju 500.000, kalo akhirnya baju mamak gak pernah ganti-ganti.
Tapi tetap, tiap orang punya tolak ukur sendiri. Gak bisa kita pakaikan ukuran sepatu kita ke kaki orang lain. Jangan pernah menjudge pilihan orang lain. Tentu saja pilihan orang untuk setiap barang yang dia pakai sesuai dengan kemampuannya, kenyamanannya dan kebiasaannya.
Komentar
Posting Komentar