Ketika si kakak sakit, dan anak bayi rewel. Disitulah kesabaran mamak diuji. Gak tau harus berbuat apa, gak tau harus bagaimana. Si kakak tergelatak kena campak, anak bayi merengek gak berhenti. Si bapak? Katanya beli rokok, belinya ke arab mungkin, makanya lama. Meninggalkan mamak stress sendirian.
Bangun pagi biasanya mamak penuh planning. Terencana step by step apa aja yang akan mamak lakukan. Bangun tidur, mamak nyapu, ngepel, cuci piring. Ngecek demam si kakak dan mandiin anak bayi. Lanjut nyuci. Sampai disini hidup mamak masih stabil. Dan ketika makin siang anak bayi makin galau, planning mamak pun kacau balau.
Mamak belum sempat masak apapun. Bahkan untuk sarapan pun belum. Kasian si kakak, lagi sakit, mamak yang gak kreatip ini gak bisa menyajikan makanan yang menggugah selera. Gimana si kakak mau semangat makannya, mamak hanya mampu menawarkan, "kak, mau mata sapi apa dadar?" Baru dengar tawaran itu aja, mamak rasa si kakak langsung kenyang. Ogah-ogahan kakak memilih mata sapi. Mamak dengan cekatan memasak 3 telur mata sapi, sekalian buat bapak dan mamak, supaya gugur kewajiban mamak masak sarapan dengan 3 telur itu (ketawa setan).
Tapi ya itulah, kakak lagi sakit, makan telur sebijik ma kecap tentu dia gak napsu. Makan dikit langsung kenyang. Si bapak masih gak mau makan. Ilpil keknya nengok telur gitu aja, tanpa aksesoris lain. Makin siang, mamak makin tersandera anak bayi. Anak bayi gak bisa ditinggal, langsung merengek. Sebenarnya kalau si bapak cooperative bisa aja, tapi si bapak lagi gak mood untuk kerjasama keknya, dia hidup dalam dunianya sendiri. Padahal mamak yakin, kalau dimomong bapaknya, anak bayi pasti anteng.
Si bapak mulai menunjukkan tanda-tanda lapar. Mulailah dia bongkar-bongkar lemari, dapat indomi. Si bapak masak indomi. Si kakak yang sensitive sama bau mi, langsung minta mi juga. Mi goreng. Mamak yang lemah iman, padahal dah makan risol 4 bijik, ikut-ikutan masak mi goreng. Jadilah, makan siang dan pagi keluarga mamak ada mi instan. Dengan mi instan, gugur kewajiban mamak untuk masak makan siang.
Betapa mi instan ini adalah penolong di saat-saat genting kek sekarang, di saat anak rewel, gak bisa ditinggal, gak sempat masak, gak selera makan, mi instan solusinya. Mamak gak bisa move in dari migoreng rasa original dan mi kuah kari ayam. Itu dua variant yang wajib ada di lemari.
Dibalik gonjang ganjing isyu kalo mi terbuat dari lilin, banyak kandungan micin, bikin kanker, bikin bodoh, entah kenapa rasanya yang enak, mematahkan semua isyu itu. Pas nengok bungkusnya ingat bahayanya, pas udah nyicip rasanya, lupa segalanya. Tapi mamak gak pernah membiasakan si kakak makan mi instan. Biasanya sekali seminggu. Tapi kalau si bapak masak mie, si kakak minta juga. Makanya, lebih baik masak mie kalau kakak tidur atau sekolah. Kesian si kakak, kalau sering makan mie, nanti si kakak terbentuk jadi generasi micin.
Akhirul kata, jangan pernah takut dengan mie time, sesekali perlulah makan mie, meningkatkan mood. Semua makanan itu baik asal dibeli dengan uang halal, memakannya dimulai dengan bismillah, insya Allah makan apapun akan menjadikan tubuh sehat.
Tapi ya itulah, kakak lagi sakit, makan telur sebijik ma kecap tentu dia gak napsu. Makan dikit langsung kenyang. Si bapak masih gak mau makan. Ilpil keknya nengok telur gitu aja, tanpa aksesoris lain. Makin siang, mamak makin tersandera anak bayi. Anak bayi gak bisa ditinggal, langsung merengek. Sebenarnya kalau si bapak cooperative bisa aja, tapi si bapak lagi gak mood untuk kerjasama keknya, dia hidup dalam dunianya sendiri. Padahal mamak yakin, kalau dimomong bapaknya, anak bayi pasti anteng.
Si bapak mulai menunjukkan tanda-tanda lapar. Mulailah dia bongkar-bongkar lemari, dapat indomi. Si bapak masak indomi. Si kakak yang sensitive sama bau mi, langsung minta mi juga. Mi goreng. Mamak yang lemah iman, padahal dah makan risol 4 bijik, ikut-ikutan masak mi goreng. Jadilah, makan siang dan pagi keluarga mamak ada mi instan. Dengan mi instan, gugur kewajiban mamak untuk masak makan siang.
Betapa mi instan ini adalah penolong di saat-saat genting kek sekarang, di saat anak rewel, gak bisa ditinggal, gak sempat masak, gak selera makan, mi instan solusinya. Mamak gak bisa move in dari migoreng rasa original dan mi kuah kari ayam. Itu dua variant yang wajib ada di lemari.
Dibalik gonjang ganjing isyu kalo mi terbuat dari lilin, banyak kandungan micin, bikin kanker, bikin bodoh, entah kenapa rasanya yang enak, mematahkan semua isyu itu. Pas nengok bungkusnya ingat bahayanya, pas udah nyicip rasanya, lupa segalanya. Tapi mamak gak pernah membiasakan si kakak makan mi instan. Biasanya sekali seminggu. Tapi kalau si bapak masak mie, si kakak minta juga. Makanya, lebih baik masak mie kalau kakak tidur atau sekolah. Kesian si kakak, kalau sering makan mie, nanti si kakak terbentuk jadi generasi micin.
Akhirul kata, jangan pernah takut dengan mie time, sesekali perlulah makan mie, meningkatkan mood. Semua makanan itu baik asal dibeli dengan uang halal, memakannya dimulai dengan bismillah, insya Allah makan apapun akan menjadikan tubuh sehat.
Wkwkwk dilemmanya emak2 klo ketemu mie ya makkkk. Kerasa ditolongnya klo kita lagi rempong. Saya juga penggemar mie maaaakkk n klo me time sukanya makan mie rebus hihihi. Tp ttp dibtasi seminggu sekali. Oh ya anaknya udah sembuh belum makkkk?
BalasHapusIya mak, kalo saya mamma mie paling enak di luar, gak dirumah, jadi tetap bisa pencitraan depan anak, "mie gak sehat nak, liat mamak jarang mamam mie, makanya mamak sehat" padahal diluar leluasa, hahahahaa. Belum mak, sakit campak pemulihannyakan lama
BalasHapus