Langsung ke konten utama

BEİNG A HAPPY MOM

Jangankan menjadi ibu yang sempurna, menjadi ibu yang baik saja tidak mudah untuk dilakukan. Terlebih sebagai mamak dari kalangan menengah, yang secara ekonomi tidak berlebihan, gak mampu bayar ART, tentu mamak harus menghandle sendiri semua pekerjaan domestik rumah tangga. Mulai dari masak, nyuci, nyetrika, bersih-bersih, pokoknya all ini one. Dan tetap, harus punya banyak waktu untuk suami dan anak.

Mengurus suami itu so so lah, gak syusah, namanya suami udah gedek ini, udah bisa ngurusin diri sendiri. Yang agak butuh kemampuan fisik dan mental yang tangguh itu ngurusin anak-anak. Bukan, mamak bukan mengeluh karena capek ngurusin anak-anak mamak, mamak hanya sharing. Mengurus dan mendidik anak bukan hanya urusan dunia, tapi dunia akhirat. Mereka itu tabungan kita, amal jariyah.

Dalam mendidik anak, mamak tidak suka memaksakan kehendak. Karena mamak tau, dipaksa itu gak enak. Jadi mamak membiarkan si kakak tumbuh dan berkembang seadanya. Gak pernah mamak ajarin membaca, berhitung. Baca iqro juga baru-baru ini. Pokoknya ketika dia meminta, disitulah mamak memperkenalkan apa yang ingin dia tahu. Karena mamak berpikir, ayah edy saja pakar parenting, anaknya bisa membaca umur 8 tahun, dan malah tinggi minat membaca anaknya. Masa mamak yang hanya remahan rengginang ini memaksakan kemauan mamak sama si kakak.

Kalau mamak happy, pasti anaknya juga happy. Daripada menjadi mamak yang sempurna, mamak lebih ingin jadi mamak yang bahagia. Suka ketawa sama anak, main sama anak. Tapi mamak akui, semua itu sulit mamak lakukan, gimana mamak mau fokus, baru mau ngobrol sama si kakak, kebayang setrikaan segunung. Pas mau becanda sama anak bayi, teringat lauk buat makan si bapak abis, belum sempat masak lagi. Lalu mamak kudu piye?

Tapi daripada mengeluh, lebih baik menjalani semuanya dengan ikhlas. Lapangkan hati supaya lapang rezeki. Anak rewel ya ikhlas aja, bawa main supaya anak happy lagi. Rumah kotor ikhlaskan saja, nanti juga bisa disapu kalau ada waktu. Setrikaan segunung ikhlaskan saja, nanti bisa disetrika satu-satu. Yang penting anak happy. Bisa main sama mamaknya.

Mamak akui, gak semua orang sependapat sama mamak soal mendidik anak. Ada juga orang tua yang memasang target untuk anaknya. Umur segini harus bisa ini, umur segitu harus bisa itu. İtu juga gak salah kan, setiap orang tua kan tau apa yang terbaik untuk anaknya. Karena lagi-lagi mamak harus jujur, si kakak yang umurnya udah hampir 6 tahun, belum bisa membaca, berhitung bahkan menulis angka dan huruf pun si kakak masih suka salah-salah.

Kalo ngajarin si kakak membaca, mamak perlu kesabaran yang banyak.

Kakak : "bund, ajarin kakak membaca."

Mamak : "oke. Sini."

Dalam buku si kakak ada tulisan 'banjir'. Mamak bilang, "ayo kak, dieja."

Kakak : " be e be."

Mamak : "itu kakak lihat huruf e nya dimana?"

Kakak : "kakak susah ngomongnya, be, jadi kakak harus bilang apa. Kan memang be."

Mamak : "itu kan a kak. Bukan e. Jadi bacanya, be a ba."

Kakak : "be a ba, en a na."

Mamak : "mana huruf a setelah en? Coba kakak tunjukkan. Mana tau bunda gak nampak."

Disini si kakak mulai merajuk karena salah terus. Terjadilah dialog panjang dan alot antara mamak dan kakak. Sampai akhirnya,

Kakak : "be a ba, en, ban, je i ji, er, jir. Rumah."

Masya Allah, mamak sesak nafas dengarnya. Jauh sekali ngejanya banjir, bacanya rumah

Yo wes nak, ra opo-opo. Yang pasti, sampai memutih rambut mamak, gak akan luntur cinta mamak sama kakak. Mudah-mudah kakak segera faham, kalau be a ba, en, je i ji, er, bacanya banjir kak, bukan rumah.

Jadi tetap bahagia ya mak dalam mendidik dan membesarkan anak-anak kita. Walaupun anak kita gak pintar membaca, gak bisa berhitung, tetap anak kita istimewa mak. Jangan pernah membanding-bandingkan anak kita dengan anak lain ya mak. Karena itu akan banyak melukai hati mereka. Cintai anak kita apa adanya. Mom happy, kids happy.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada blog baru ini jadi semangat buat posting. Maklum manusia purba , orang-orang udah basi tapi aku baru mulai, selalu begitu..... Jadi semalam pagi2 aku stress berat. idupin laptop gak bisa.. Padahal baru dicas sampe penuh P adahal laptop ku baru Tuhan apa yang terjadi? dengan nafsunya aku bawa laptop ke tukang serpis. sekalian komplen masa laptop baru udah rusak. sampe disana, abang yang nyerpis laptopnya cute dan kelihatannya masih sangat brondong. abang cute :"Kenapa laptopnya BUK?" ahhhh, aku ibuk2? aku : "gak mau idup bang, padahal baru di cas semalam jadi gak mungkin abis batere." Si abang cute langsung nyari cas laptop terus ngecas laptop ku. lima menit kemudian dia coba idupin dan LAPTOPNYA IDUP. IDUP!!! Langsung malu dan ingin mengubur diri. tapi tetap jaga wibawa di depan abang cute. aku : "cuma abis batere ya bang? oh, mungkin karena semalam kerja sampe pagi, jadi baterenya gak kuat." cuih cuih cuih, kerja? yang ada juga ketiduran sampai pa

MAMAK MAUNYA APA

Ini pertanyaan yang sedang mamak ajukan ke diri mamak sendiri, berkaitan dengan si kakak (halah). Rasanya, ilmu psikologi yang mamak pelajari selama 4.5 tahun sia-sia, karena anak sendiri pun gak bisa mamak kendalikan kelakuannya.  Jadi di rumah mamak, ada tetangga baru, rumah yang dulunya kosong, kini terisi kembali. Hati mamak gembira sekali, mana tetangga mamak ini bakul kue pulak. Ah, cocok kali rasa mamak kan. Tapiiiiiii.... si kakak, yang sangat antusias tetanggaan sama teman satu sekolah, euforianya keterlaluan. Buka mata pengen langsung main ke tetangga, dan jadi sering ngebentak-bentak kalo dibilang jangan pergi main. Yah, kan gimana ya, namanya juga orang, pengen tidur, istirahat, makan dan punya banyak waktu bersama keluarganya. Dan kalau si kakak main disitu berjam-jam, yang punya rumah pasti eneg, mau nyuruh pulang gak enak, mau dibiarin makin gak enak. Mamak udah ngasi ceramah sama si kakak, semua stok ceramah agama mamak udah mamak keluarkan. Tapi gak mempan

GAMBAR MAMAK

Semalam si kakak menggambar sesuatu di kertas bekas merk jaket. Dan pas udah selesai, taraaaaaaaa... Kata si kakak, "ini gambar bunda." Mamaknya sih ketawa, ngasi jempol. Dan si kakak mesem-mesem bangga dipuji mamaknya. Tapi sebenarnya dalam hati mamak bergejolak. Kenapa gambar mamak kaya gini, muka mamak dicoret-coret pulak. Maksudnya menggambarkan apa ini nak? Ditambah hidung mamak double gitu. Beserak-serak muka mamak yang ada dalam benak si kakak. Mungkin, ini teguran dari kakak dan Tuhan. Sebagai mamak, mamak masih berantakan dalam mendidik si kakak, gak bisa kasi contoh yang baik juga. Hobi ngomel dan marah-marah. Tiap dia mau ngomong disuruh diam. Sampai-sampai, si kakak tiap malam ngomong, "Bund, Pa, kakak haus." Mamak bapaknya yang flat ini ngomong, "minumlah kalau haus." "Kakak haus perhatian." Mamak sama bapak pandang-pandangan. Terus ketawa.  Padahal banyak makna pastinya dari kata-kata si kakak itu. Seja