Langsung ke konten utama

AKAD

Lagi hitz lagu akad dari payung teduh. Sebagai mamak kekinian, tentu aja mamak ikut download dan nonton video nya di yutub. Emang lagu payung teduh bikin pikiran melayang kemana-mana, tiap dengar lagu resah atau kucari kamu, mamak jadi pengen mudik ke kampung si bapak, jadi kangen bogor.

Ngomongin soal akad, tentu berkaitan dengan pernikahan. Apa yang kebayang di benak wanita sebelum menikah? Kalo mamak dulu sebelum menikah gak pernah membayangkan hal-hal muluk dalam sebuah pernikahan, karena mamak juga gak punya gambaran apa itu pernikahan, gimana hidup setelah menikah, gimana nanti punya anak, sedikitpun gak pernah terbayang. Mamak menikah lebih karena umur mungkin, atau tuntutan sosial atau karena udah kelamaan jalan sama si bapak, jadi ya next step nya kita harus menikah, entahlah....

Tapi sekarang mamak memaknai sebuh pernikahan bukan hanya sekedar ibadah, namun juga seni. İya, pernikahan itu banyak seninya, seni mengalah, seni memahami, seni mengerti, seni memaafkan.

Sebagai istri, kita harus banyak mengalah sama suami, karena lelaki, siapapun itu pasti egonya tinggi. Mereka harus menjadi superior dalam sebuah hubungan, mereka leader, mereka kapten. Sebagai ciwik, kita ya legowo saja, menerima kaum adam itu sebagai imam kita. Menuruti apa maunya mereka, memasak makanan untuk mereka, mencucikan baju mereka, merapikan rumah mereka, melahirkan, membesarkan dan mendidik anak mereka.

Jangan takut menikah. Menikah itu banyak ibadahnya. Serius. Menghidangkan air putih untuk suami lebih baik daripada puasa setahun. Ketika melahirkan, sakit yang perempuan rasakan akan menggugurkan dosa-dosa kecil. 

Jadi jangan takut dijajah laki-laki ketika sudah menjadi suami. Memang wanita fitrahnya ya begitu, mengalah, memaafkan, memahami. Biarlah para suami itu mengendalikan biduk rumah tangga ini sesuai keinginannya. Jangan merasa terzalimi jika makanan yang kita masak rasanya harus sesuai dengan lidah suami, jangan merasa tersakiti ketika anak terjatuh suami ngamuk sama kita, jangan merasa sedih saat suami bisa bebas melenggang kemana-mana sendirian ibarat perjaka sementara kita kemana-mana harus bawa anak. 

Karena sebenarnya, istri-istri, mamak-mamak, ibu-ibu ini malah lebih beruntung kelak. Laki-laki itu di akhirat mempertanggung jawabkan banyak hal, istri, anak perempuan, ibu, saudara perempuan. Dosa-dosa kita itu nanti suami ikut bertanggung jawab. Sedangkan perempuan, selagi dia mengerjakan sholat 5 waktu, puasa bulan ramadhan, melayani suami dengan sepenuh hati, menjaga kehormatan diri, maka dia boleh masuk surga dari pintu mana saja yang dia inginkan. 

So, jika menjadi istri soleha jaminannya adalah surga, masih takut menikah?






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada blog baru ini jadi semangat buat posting. Maklum manusia purba , orang-orang udah basi tapi aku baru mulai, selalu begitu..... Jadi semalam pagi2 aku stress berat. idupin laptop gak bisa.. Padahal baru dicas sampe penuh P adahal laptop ku baru Tuhan apa yang terjadi? dengan nafsunya aku bawa laptop ke tukang serpis. sekalian komplen masa laptop baru udah rusak. sampe disana, abang yang nyerpis laptopnya cute dan kelihatannya masih sangat brondong. abang cute :"Kenapa laptopnya BUK?" ahhhh, aku ibuk2? aku : "gak mau idup bang, padahal baru di cas semalam jadi gak mungkin abis batere." Si abang cute langsung nyari cas laptop terus ngecas laptop ku. lima menit kemudian dia coba idupin dan LAPTOPNYA IDUP. IDUP!!! Langsung malu dan ingin mengubur diri. tapi tetap jaga wibawa di depan abang cute. aku : "cuma abis batere ya bang? oh, mungkin karena semalam kerja sampe pagi, jadi baterenya gak kuat." cuih cuih cuih, kerja? yang ada juga ketiduran sampai pa

MAMAK MAUNYA APA

Ini pertanyaan yang sedang mamak ajukan ke diri mamak sendiri, berkaitan dengan si kakak (halah). Rasanya, ilmu psikologi yang mamak pelajari selama 4.5 tahun sia-sia, karena anak sendiri pun gak bisa mamak kendalikan kelakuannya.  Jadi di rumah mamak, ada tetangga baru, rumah yang dulunya kosong, kini terisi kembali. Hati mamak gembira sekali, mana tetangga mamak ini bakul kue pulak. Ah, cocok kali rasa mamak kan. Tapiiiiiii.... si kakak, yang sangat antusias tetanggaan sama teman satu sekolah, euforianya keterlaluan. Buka mata pengen langsung main ke tetangga, dan jadi sering ngebentak-bentak kalo dibilang jangan pergi main. Yah, kan gimana ya, namanya juga orang, pengen tidur, istirahat, makan dan punya banyak waktu bersama keluarganya. Dan kalau si kakak main disitu berjam-jam, yang punya rumah pasti eneg, mau nyuruh pulang gak enak, mau dibiarin makin gak enak. Mamak udah ngasi ceramah sama si kakak, semua stok ceramah agama mamak udah mamak keluarkan. Tapi gak mempan

GAMBAR MAMAK

Semalam si kakak menggambar sesuatu di kertas bekas merk jaket. Dan pas udah selesai, taraaaaaaaa... Kata si kakak, "ini gambar bunda." Mamaknya sih ketawa, ngasi jempol. Dan si kakak mesem-mesem bangga dipuji mamaknya. Tapi sebenarnya dalam hati mamak bergejolak. Kenapa gambar mamak kaya gini, muka mamak dicoret-coret pulak. Maksudnya menggambarkan apa ini nak? Ditambah hidung mamak double gitu. Beserak-serak muka mamak yang ada dalam benak si kakak. Mungkin, ini teguran dari kakak dan Tuhan. Sebagai mamak, mamak masih berantakan dalam mendidik si kakak, gak bisa kasi contoh yang baik juga. Hobi ngomel dan marah-marah. Tiap dia mau ngomong disuruh diam. Sampai-sampai, si kakak tiap malam ngomong, "Bund, Pa, kakak haus." Mamak bapaknya yang flat ini ngomong, "minumlah kalau haus." "Kakak haus perhatian." Mamak sama bapak pandang-pandangan. Terus ketawa.  Padahal banyak makna pastinya dari kata-kata si kakak itu. Seja