Langsung ke konten utama

SMUPEG JAPAN

Orang2 sering bilang, masa paling indah adalah masa SMA. Betul sekali!!!!!

Masa SMA adalah masa dimana kita masih dimaklumi melakukan kenakalan. Melanggar aturan. Masa yang bebas. Bebas dari segala beban kehidupan. Tahunya cuma main dan bersenang2. Apalagi zaman aku SMA dulu, kemajuan tekhnologi belum seperti sekarang, kesempatan untuk bersosialisasi banyak. Pikiran hanya tertuju pada belajar, ngumpul sama teman2, ketawa2. BAHAGIA. Anak sekarang kayanya udah merasa cukup dengan handphone sebiji terus tenggelam dalam dunianya sendiri............

SMA ku dulu, SMU PGRI, biasa disingkat SMUPEGJAPAN (SMU PGRI JAlan PANdan), cukup terkenal di kalangan murid2nya sendiri. Hehehehee...... Sekolah swasta, yang mengutamakan kedisiplinan di atas segalanya. Pakaian harus rapi, lengkap dan bagi cewek, kaus kaki harus sampe ke bawah lutut, kaya pemain bola. Tiap hari di razia. Saat itu, karena aku pakai jilbab, aku gak merasa was2 pake kaus kaki pendek banget dengan gambar Power Rangers. Biasanya aku luput dari pemeriksaan. Ternyata, malang gak dapat di tolak, suatu hari aku kena razia. Kaos kaki power rangers ku ditangkap, kemudian menghilang di telan bumi. Dia tak pernah kembali. Kesalahan ku makin berat, waktu ibu guru menyibak (halah, bahasanya....... menyibak, gak ketemu kata lain yang pas) jilbab ku, dan terlihatlah dasi ku, yang sengaja aku gulung2 sampe pendek banget, terus di ujung nya ada gambar Crayon Sinchan. Makin murka lah beliau..... Nasib.... Aku kehilangan sepasang kaos kaki power rangers. Tapi tidak ada yang tahu, di rumah aku masih punya sepasang kaos kaki power rangers............

Peraturan di sekolah ku saat itu, untuk anak kelas 1 dan kelas 2, tiap catur wulan kelasnya di acak sesuai nilai. Jadi gak ada kesempatan buat akrab ma teman2. Baru 4 bulan, udah di aduk lagi. Nilai ku seperti kurva tak beraturan. Kadang bagus banget, kadang jelek banget. Tergantung hati dan perasaan... 

Kelas I cawu 1, 1.4 nilainya bagus, pindah ke 1.2, nilainya masih bagus, pindah lagi ke 1.1, nilai langsung hancur. Ranking 43 dari 44 siswa. Hahahahah.... emak ku stress memikirkan anaknya ini. Langsung turun ke kelas 2.3, karena senang riang di kelas itu, nilaiku naik, pindah ke kelas 2.2. Tetap merasa senang riang , naik lagi ke kelas 2.1. Menjelang naik kelas 3, wali kelas nanya, mau pilih kelas IPA ato IPS, dengan mantap aku pilih IPS. Wali kelas ku ikhlas, mungkin dia merasa aku gak cukup layak di kelas IPA.

Terdamparlah aku di kelas 3 IPS 1. Kelas biasa, murid2nya biasa. Nilai anak2nya juga biasa. Sebagai makhluk yang sangat tidak terkenal di sekolah, aku menjalani hidup di kelas 3 dengan bahagia. Karena udah gak ada lagi cerita kelas nya di rolling, selama setahun tetap ada di situ. Jadi anak IPS itu membahagiakan. Lihatlah muka anak IPA kalo lagi jam istirahat, berkerut2, ditekuk, sibuk mikirin rumus mungkin. Anak IPS, mana ada mikirin rumus, matematika aja cuma 1 jam seminggu. Hasilnya, guru matematika sering kali diabaikan. Anak IPS sering menjadi korban ketidak adilan yang menyenangkan. Kalo misalnya pelajarannya sama dengan anak IPA dan gurunya gak datang satu, pasti guru yang ada akan masuk ke kelas IPA, membiarkan anak IPS bersuka cita karena jam pelajaran kosong. Itu sering terjadi. Dan saat jam kosong, yang terjadi di IPS 1 adalah....................



dan ini.......................



serta ini.......................................


 

Mana ada dalam kamus kelas kami belajar sendiri saat guru nya gak ada. Anak2 malah lebih leluasa berlarian ke sana kemari, mondar mandir, berdiri dan melakukan hobi masing2.....................




Belajar? Itu gak terlalu penting. Yang penting itu nilai ulangan bagus. Apa gunanya aku duduk di sebelah Nia, di belakang Indah, di depan Vince kalo ulangan pun aku harus susah payah menghafal. Teman2 di sekelilingku suka berbagi. Kalo ulangan antropologi, jangan di tanya, Nia itu ahlinya. Dengan kacamata nya yang tebal dan wajah yang terkesan pintar, pasti guru gak akan nyangka dia menyalin semua jawabannya dari buku. Tanpa ragu dan tanpa segan, Nia meletakkan catatan di laci meja. Wajah nya polos, seolah dia gak melakukan perbuatan kriminal itu. Aku  tinggal nunggu aja jawaban Nia, terus aku salin abis2an. Kalo Nia lagi gak bisa, ada Vince, dia punya keahlian yang sama dengan Nia. Setelah beres, tingal di sebarkan jawabannya ke anak2 depan.

Semua orang tentu punya kecendrungan yang berbeda dalam belajar. Ada yang suka Antropologi, Ekonomi, Tata Negara, Sejarah. Aku gak cendrung kemana2. Gak ada pelajaran yang sangat aku kuasai. Tapi yang paling sulit adalah Tata Negara, aku gak pernah ngerti sedikitpun tentang mata pelajaran satu ini. Yang lain masih bisalah, kalo Tata Negara, aku minta ampun sama Tuhan dan minta tolong sama Indah. Dia suka pelajaran itu. Jadi, waktu ujian sebelum EBTANAS dulu, pas ujian Tata Negara, anak2 satu kelas (bener2 semuanya ) tinggal nunggu jawaban Indah. Kenapa bisa gitu dulu ya? Mungkin pengawasnya keluar lama. Jadi kami tinggal bilang..............

"Nomor satu apa Ndah?"

Indah menjawab lantang.............. 

"A" begitu seterusnya. Sampe guru datang. Kami pura2 konsentrasi ngerjain sendiri.

Aku sebagai anak yang baik, pendiam, duduk di belakang. Di kursi nomor 4. Padahal aku begitu baik dan pendiam, entah mengapa, wali kelas tiba2 memindahkanku ke depan. Pas di depan meja guru.

"Rinanda, kamu pindah ke depan ya. Kalo kamu tetap disitu, kamu cuma jadi biang ribut."

Astaghfirullah, fitnah yang keji. Aku menuruti perintah bu Guru, pindah duduk ke depan, menemani Afif yang selama ini menduda. Dan entah kenapa, banyak guru yang sirik sama aku. Terutama guru Ekonomi/Akuntansi. Dendam apa ya ibu itu? Dia mengucilkanku. Kata2nya selalu menyakitkan......

Gini omongannya.................

"Kalo kamu mau keluar, pintu terbuka lebar."

Aku lupa apa reaksiku saat itu. Seharusnya aku langsung ngasah parang di depan ibu guru ekonomi itu, agar dia takut dan meralat ucapannya. 

Lain waktu, pas aku duduk berdua Kulin di belakang, dia ngomong dengan pedas.......................

"Marlini, kalo kamu duduk sama orang baik, maka baik lah kamu jadinya. Kalo kamu duduk sama Rinanda....."

Gak sampai hati meneruskannya. Saat itu, aku pengen punya samurai dan membuka samurai itu secara perlahan, lalu meletakkannya pas di muka ibu itu.

Mungkin masa itu memang masa2 yang berat dalam karirku sebagai pelajar baik. Lagi2 aku bermasalah dengan orang yang sama. Aku di panggil wali kelas, terus ibu itu bilang...........

"Ibu Ekonomi gak mau ngajar di kelas kita sebelum kamu minta maaf. Jadi kamu boleh pilih, mau minta maaf atau gak masuk sampai ujian akhir di pelajaran dia."

Ah, dilema yang berat. Padahal waktu itu, hanya terjadi kesalah pahaman. Ibu ekonomi nuduh aku makan kuaci. Ya betul, aku emang makan kuaci pas dia ngajar, tapi anak2 lain juga sama. Sekelas makan kuaci. Kenapa hanya aku yang dipojokkan. Karena aku gak suka menyusahkan anak2 sekelas, yang mungkin merindukan kehadiran ibu itu, aku menjawab dengan tenang....

"Baiklah Bu, saya gak masuk sampai ujian akhir daripada harus minta maaf."

Saat itu aku ngerasa keren udah berhasil membangkang ke guru. Pas aku masuk, anak2 sibuk nanyain, dan mereka pun mendukung keputusanku. Sampe2  Edwin, mantan ketua kelas yang mengundurkan diri dari jabatannya tak lama setelah dia dilantik, dengan tegas bilang....

"Tenang aja Ndut, nanti kami ganti2an nemenin di kantin belakang ya."

Aku terharu. Merasa anak2 begitu baik padaku. Alhamudulillah, sampe akhir masa sekolah GAK ADA SATUPUN MAKHLUK HIDUP DARI 3 IPS1 yang muncul menemaniku. Mungkin itu lah takdirku. Setelah mengalami perang dengan ibu ekonomi, aku gak nyangka dia masih ikhlas ngasi aku nilai 6. Kirain bakal di merahin. Sampe akhir masa sekolah, aku gak bertegur sapa dengan ibu itu. Sebenarnya waktu selesai sekolah, ibu menganjurkanku ambil jurusan FKIP, ibu mau aku jadi guru. Aku sebenarnya mau menjadi anak yang berbudi pekerti tinggi dan menuruti nasehat orang tua, tapi mengingat kelakuan ku sendiri, aku menolak anjuran ibu. Gimana kalo nanti aku ketemu murid yang seperti aku, wah.... aku pasti gak tahan untuk gak ngajak perang. Tidak Ibu, aku akan memilih langkah ku sendiri.

 

Ini foto2 hari terakhir belajar. Abis itu, ujian akhir dan gak akan ketemu lagi dalam suasana seperti ini.

Rindu kembali ke masa lalu. 
Saat hidup terasa mudah, 
langkah pun terasa ringan. 
Saat belum menyadari ternyata hidup itu berat
Penuh perjuangan 
dan harus memiliki kekuatan mental untuk menjalaninya. 
Saat belum mengerti warna dunia,
segalanya masih dipandang terang.
Saat hari2 hanya diisi dengan tertawa.
Saat semua terlihat bahagia.
Saat hati tak pernah sarat beban.
Saat belum mengerti bahwa setiap senyuman itu beda makna.
Saat gak menyadari, 
suatu saat akan beranjak dewasa,
Memikul tanggung jawab, dan
harus mengambil banyak keputusan penting.

Saat masih lugu, 
saat pikiran masih jernih,  
hati pun masih bersih.
Saat dunia hanya terlihat putih.
Saat semua manusia terlihat sama baiknya.
Saat persahabatan terasa begitu erat.
Sungguh, aku merasa sangat rindu....................


Komentar

  1. NANAN YOU WERE SO COOL!! keren banget membangkang guru dan memilih gamasuk kelas.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada blog baru ini jadi semangat buat posting. Maklum manusia purba , orang-orang udah basi tapi aku baru mulai, selalu begitu..... Jadi semalam pagi2 aku stress berat. idupin laptop gak bisa.. Padahal baru dicas sampe penuh P adahal laptop ku baru Tuhan apa yang terjadi? dengan nafsunya aku bawa laptop ke tukang serpis. sekalian komplen masa laptop baru udah rusak. sampe disana, abang yang nyerpis laptopnya cute dan kelihatannya masih sangat brondong. abang cute :"Kenapa laptopnya BUK?" ahhhh, aku ibuk2? aku : "gak mau idup bang, padahal baru di cas semalam jadi gak mungkin abis batere." Si abang cute langsung nyari cas laptop terus ngecas laptop ku. lima menit kemudian dia coba idupin dan LAPTOPNYA IDUP. IDUP!!! Langsung malu dan ingin mengubur diri. tapi tetap jaga wibawa di depan abang cute. aku : "cuma abis batere ya bang? oh, mungkin karena semalam kerja sampe pagi, jadi baterenya gak kuat." cuih cuih cuih, kerja? yang ada juga ketiduran sampai pa

MAMAK MAUNYA APA

Ini pertanyaan yang sedang mamak ajukan ke diri mamak sendiri, berkaitan dengan si kakak (halah). Rasanya, ilmu psikologi yang mamak pelajari selama 4.5 tahun sia-sia, karena anak sendiri pun gak bisa mamak kendalikan kelakuannya.  Jadi di rumah mamak, ada tetangga baru, rumah yang dulunya kosong, kini terisi kembali. Hati mamak gembira sekali, mana tetangga mamak ini bakul kue pulak. Ah, cocok kali rasa mamak kan. Tapiiiiiii.... si kakak, yang sangat antusias tetanggaan sama teman satu sekolah, euforianya keterlaluan. Buka mata pengen langsung main ke tetangga, dan jadi sering ngebentak-bentak kalo dibilang jangan pergi main. Yah, kan gimana ya, namanya juga orang, pengen tidur, istirahat, makan dan punya banyak waktu bersama keluarganya. Dan kalau si kakak main disitu berjam-jam, yang punya rumah pasti eneg, mau nyuruh pulang gak enak, mau dibiarin makin gak enak. Mamak udah ngasi ceramah sama si kakak, semua stok ceramah agama mamak udah mamak keluarkan. Tapi gak mempan

GAMBAR MAMAK

Semalam si kakak menggambar sesuatu di kertas bekas merk jaket. Dan pas udah selesai, taraaaaaaaa... Kata si kakak, "ini gambar bunda." Mamaknya sih ketawa, ngasi jempol. Dan si kakak mesem-mesem bangga dipuji mamaknya. Tapi sebenarnya dalam hati mamak bergejolak. Kenapa gambar mamak kaya gini, muka mamak dicoret-coret pulak. Maksudnya menggambarkan apa ini nak? Ditambah hidung mamak double gitu. Beserak-serak muka mamak yang ada dalam benak si kakak. Mungkin, ini teguran dari kakak dan Tuhan. Sebagai mamak, mamak masih berantakan dalam mendidik si kakak, gak bisa kasi contoh yang baik juga. Hobi ngomel dan marah-marah. Tiap dia mau ngomong disuruh diam. Sampai-sampai, si kakak tiap malam ngomong, "Bund, Pa, kakak haus." Mamak bapaknya yang flat ini ngomong, "minumlah kalau haus." "Kakak haus perhatian." Mamak sama bapak pandang-pandangan. Terus ketawa.  Padahal banyak makna pastinya dari kata-kata si kakak itu. Seja