Bekerja di fasilitas kesehatan harus siap menerima pelabelan dari masyarakat, kalau kita adalah dokter atau perawat atau bidan, atau merangkap ketiganya. Gak sama semua orang kita bisa menjelaskan kalo kita itu bukan dokter, bukan bidan, bukan perawat, tapi tukang sapu, tukang fotokopi, tukang buat kopi, tukang ngeprint atau tukang catat status. Banyak bagian di fasilitas kesehatan sebenarnya, gak dokter perawat bidan aja.
Mamak mengalaminya. Sama yang dekat, kaya tetangga atau teman, ya mereka ngerti mamak bukan tenaga kesehatan. Tapi kalo ibu guru sekolah anak bayi, itu sering konsultasi masalah kesehatan sama mamak. Padahal dah 1000 x mamak jelaskan, mamak bukan dokter, bukan perawat, bukan bidan.
Sering terjadi dialog absurd kek gini,
Guru TPA : "buk, anak saya sakit, badannya merah, tapi gak demam, sakit apa ya bu?"
Mamak : (diam)
Guru TPA : "saya gak enak buk, mau bawa anak saya puskesmas, saya keseringan ke puskesmas."
Mamak : (mikir keras) bawa aja bu ke puskesmas, saya gak tahu bu. Saya bukan dokter."
Lain hari,
Guru TPA : "buk, saya menggigil, beli obat apa ya bu?"
Ini mamak gak sanggup ngomong lagi, sebenarnya pengen jawab,
"Saya tukang sapu bu, gak ngerti obat-obatan."
Tapi ya pastinya guru anak bayi gak percaya karena mamak bohong.
Tadi pagi pas mamak antar anak bayi, mamak sempatkan ngobrol sama guru anak bayi,
Mamak : "ibu Mawar gak datang bu? Biasanya selasa ibu mawar yang piket pagi."
Guru TPA : "iya bu, wasirnya kambuh. Kok bisa ya bu?"
Kok bisa? Mana mamak tau, tapi demi menjaga wibawa, mamak jawab,
Mamak : "iya buk, itu gak boleh makan pedas, indomi sama cabe."
Guru TPA : "beliau gak pernah makan itu lagi bu."
Rasanya ilmu mamak habis sampai di sana. Lalu kenapa kambuh, kenapa? Ibu guru seperti menuntut jawaban.
Mamak : "keknya karena beliau sedang mencret bu, kalau mencret kambuh wasirnya."
Entahlah, apakah jawaban ini benar atau tidak. Yang pasti ibu guru puas dan gak nanya lagi.
Sulit memang menghilangkan label dari masyarakat. Semua yang melekat pada diri kita, ada label nya. Kerja di sekolah, semua orang menyangka guru, padahal bisa aja yang jaga kantin. Kerja di bagian keuangan, semua orang nyangka sarjana ekonomi. Begitulah masyarakat. Suka menebak-nebak dan menyimpulkan sendiri.
Ya wajar lah, manusiawi. Mamak juga gitu. Setiap orang baju putih, mamak bilang perawat, padahal bidan bajunya juga putih, biarawati bajunya juga putih. Semua orang boleh punya kesimpulan masing-masing. Asal sesuai koridor, gak memvonis dan berburuk sangka. Dan asal tepat. Jangan sampai udah jelas kerja di puskesmas sebagai bidan, kita paksa ngaku perawat. Kaya foto di bawah ini,
Udah jelas ada tulisan motor dilarang parkir, masih maksain parkir di sana. Ini yang punya motor laki-laki keknya, soalnya suka maksa (tu kan, mamak jadi ikut melabelkan sesuatu secara paksa).
Komentar
Posting Komentar