TUPPERWARE

Sumini ikut mengerumuni mba Lis, pedagang tupperware di TK Sekar, anaknya. Sejak ada mba Lis, wali murid di TK Sekar seakan berlomba, mengoleksi tupperware. Jangan sampai, koleksi tupperwareku kalah sama yang lain, batin Sumini. 

"Ayo mba Sumini, ini bagus loh. Senwid kiper, ada botol minumnya sekalian, gambar kuda poni warna ping," mba Lis mulai promosi. Kebetulan cicilan tupperware Sumini memang sudah lunas. Jadi, apa salahnya ambil baru?

"Apa mba Lis? Senwid kiper? Apa sih itu?" Tanya Sumini. 

"Tempat bekal khusus buat senwid mba Sum," Sumini mengucapkan o panjang, padahal dalam hati dia bingung, senwid itu apa. İbu-ibu lain mulai menjatuhkan pilihan tupperware yang mereka inginkan. Sumini panas, dia juga harus beli, jangan kalah dengan yang lain.

"Aku pesan senwid kipernya mba Lis. Sepuluh kali bayar ya," kata Sumini. Mba Lis mencatat pesanan Sumini, dan mengambilkan barangnya di mobil. 

"Kalau sepuluh kali bayar, gak ada diskon ya mba Sum."

"İyo mba Lis."

Sumini pulang membawa senwid kiper dari tupperware dengan hati berbunga, Sekar pasti senang melihatnya. Warna ping pulak, Sumini tertawa. Dia lupa, dia sedang di jalan, beberapa mata memperhatikan Sumini yang tertawa sendirian. Di luar dugaan, Sekar malah gak mau memakai senwid kiper yang baru dibelikannya.

"Sekar pakai yang biasa aja Bu." Kata anak itu dengan wajah cemberut. 

"Loh, jangan. Nanti apa kata ibu guru kamu, ibu teman-temanmu kalau tempat bekal kamu gak taperwer Nduk. Besok pakai ini, sudah ibu putuskan." Sekar makin cemberut. Sejujurnya Sekar muak dengan ambisi ibu yang mengharuskan dia dan Mas Mono memakai tempat bekal tupperwere. Dia sudah merasa nyaman dengan tempat bekal yang dibawanya selama ini, bekas tempat es krim, tapi membuatnya nyaman, gak dimarahin ibu jika tempat bekalnya ketinggalan di sekolah. 

Sumini membongkar tas Sekar yang baru pulang sekolah, seperti biasa, dia akan mencuci tupperware bekas bekal Sekar dan menyimpannya kembali. Sumini panik, dia tidak menemukannya di dalam tas Sekar. 

"Kar, Sekar," Sumini berteriak memanggil Sekar.

"Ya bu," Sekar datang, wajahnya tampak lelah. 

"Mana tempat bekalnya?" Sekar diam, dia pasti lupa lagi, atau terbawa temannya. "MANA?"

"Maaf bu, Sekar lupa."

"Apa? Kamu tau, itu baru, belum ibu bayar, belum ada yang punya selain kamu," kening Sekar berkerut, karena tadi ada beberapa orang temannya memakai tempat bekal yang sama.

"Maaf bu," Sekar menunduk dalam. İnilah sebabnya dia muak dengan tupperware. Dia sering dimarahi gara-gara wadah plastik itu. 

"Cari sampai dapat, jangan harap ibu kasih kamu makan kalau belum ketemu. Jangan pulang sebelum ketemu, kamu tidur di jalan aja kalau taperwer ibu gak jumpa."

"Bu, Sekar makan dulu ya, lapar."

"Gak. Cari dulu. Kamu harus belajar bertanggung jawab. Tupperware itu lebih berharga dari apapun. Gengsi keluarga kita di depan tetangga dan ibu-ibu sekolah kamu, ada pada tupperware itu. Sana cari!"

Sekar menangis. Perutnya sangat lapar. Tadi di sekolah dia gak sempat makan bekalnya karena sibuk bermain. 

Jam 6 sore, Teguh, suami Sumini pulang. 

"Assalamualaikum bu," 

"Waalaikumsalam pak," Sumini mengambil minum untuk suaminya. 

"Mono mana bu?" Seperti biasa, saat pulang kerja, Teguh selalu menanyakan anak-anaknya.

"Kerja kelompok pak, di rumah abdi." 

"Sekar?"

"Sekar ibu suruh cari taperwer."

"Ha?" Teguh melongo, "taperwer?"

"İya, tadi dia meninggalkan tempat bekalnya di sekolah pak. Padahal taperwer itu baru ibu beli, ibu suruh dia nyari, biar belajar tanggung jawab," Sumini menjelaskan dengan semangat, berharap suaminya mendukung caranya mendidik anak.

"Kamu gila Sum? İni sudah jam 6. Dari jam berapa Sekar pergi?"

"Jam 11," jawab Sumini.

Teguh mengepalkan tangannya, menahan supaya tangannya tak mendarat di wajah Sumini. Dia mengambil kunci motornya, dan pergi lagi.

"Loh pak. Bapak mau kemana lagi?" Diabaikannya teriakan Sumini yang menggema ke telinganya. Sejam Teguh mencari Sekar, dia menemukan anaknya menangis di pos ronda sambil memegangi perut. 

"Sekar," Teguh memeluk anaknya.

"Bapak, Sekar lapar. Dari siang belum makan. Sekar udah keliling pak, taperwernya gak ketemu. Sekar gak boleh pulang kalau taperwer ibu belum ketemu Pak." Sekar menangis. Sakit hati Teguh melihat anaknya kelaparan. 

"Ayo Nak, kita makan di warung. Sekar mau makan apa?"

"Ayam goreng pak."

"Habis makan kita pulang ya."

"Tapi taperwernya belum ketemu pak. Nanti ibu marah, Sekar dipukul kaya kemaren." Teguh menghela nafas kesal. Sumini keterlaluan.

"Besok, bapak buang semua taperwer ibu dan bapak suruh ibu berhenti beli taperwer."

"Bener pak?" Mata Sekar berbinar bahagia.

"Benar Nak." Sekar memeluk bapaknya.

"Makasi banyak ya Pak." Ucapnya haru.

*SELESAİ