Semalam si kakak menggambar sesuatu di kertas bekas merk jaket. Dan pas udah selesai, taraaaaaaaa...
Kata si kakak, "ini gambar bunda." Mamaknya sih ketawa, ngasi jempol. Dan si kakak mesem-mesem bangga dipuji mamaknya. Tapi sebenarnya dalam hati mamak bergejolak. Kenapa gambar mamak kaya gini, muka mamak dicoret-coret pulak. Maksudnya menggambarkan apa ini nak?
Ditambah hidung mamak double gitu. Beserak-serak muka mamak yang ada dalam benak si kakak. Mungkin, ini teguran dari kakak dan Tuhan. Sebagai mamak, mamak masih berantakan dalam mendidik si kakak, gak bisa kasi contoh yang baik juga. Hobi ngomel dan marah-marah. Tiap dia mau ngomong disuruh diam. Sampai-sampai, si kakak tiap malam ngomong,
"Bund, Pa, kakak haus."
Mamak bapaknya yang flat ini ngomong, "minumlah kalau haus."
"Kakak haus perhatian."
Mamak sama bapak pandang-pandangan. Terus ketawa.
Padahal banyak makna pastinya dari kata-kata si kakak itu. Sejak ada anak bayi, si kakak memang dipaksa mandiri. Kata-kata sakti, kakak kan udah 6 tahun, harus bisa semuanya sendiri. Jadilah si kakak 'terpaksa' mandiri. Padahal sebelumnya, si kakak 'one and only'. Pasti sulit bagi kakak untuk beradaptasi dengan kenyataan. Biasanya fokus orang tuanya hanya ke kakak, sekarang si kakak pasti tetap butuh perhatian yang sama. Kakak jadi over acting, kelakuannya bertambah jadi dua kali lipat. Karena mamak dan bapak, yang mungkin kurang proposional dalam memperhatikan kakak dan anak bayi.
Semua salah mamak dan bapak. Untuk setiap tingkah laku buruk anak adalah salah orang tuanya. Intropeksi harus dilakukan orang tua. Jangan hanya menyalahkan anak.
Maafkan mamak ya Allah.
Komentar
Posting Komentar