Akhir-akhir ini, mamak merasa identitas diri mamak agak ngeblur. Maksudnya identitas diri mamak sebagai individu yang mandiri dan independent (artinya sama aja sih). Jadi gini, kalau udah ngebahas lingkungan, mamak ini seperti remahan rengginang dalam toples, yang bakalan dibuang karena udah melempem (sarkas lebay).
Di kantor, siapa sih yang kenal mamak selain ww? Gak ada cinnn, paling orang-orang seruangan aja. Kalau dalam situasi diadakan survey misalnya, ada pertanyaan, siapakah nanan? Total responden pasti menjawab, gak tau. Tapi, jika pertanyaan diganti, siapakah kakak berbadan gemuk yang kemana-mana selalu berdua ww? Sebagian responden akan menjawab, oooo, itu anak buah kak mawar, sebagian lagi menjawab, oooo itu orang yang cuma punya satu teman, ww, dan sebagian kecil menjawab, oooo itu kakak yang tinggalnya jauuuuuuuuhhhhhh dari kota. Tanpa ada yang menyebut nama. Mamak gak terkenal dan gak ada yang pengen kenal. Hahahha.
Nah, kalau di lingkungan rumah lebih mengenaskan. Pernah mamak mampir beli pisang titipan tetangga mamak. Terus karena kebetulan yang jual pisang cukup eksis delivery pisang di sekitaran tetangga mamak, maka dia nanya.
Tukang pisang : "ibu kerja di mana?"
Mamak : "di sana."
Tukang pisang : "oohhhh. Jadi ibu adek kak kiki?"
Mamak : "hooh."
Jadi identitas 1 mamak adalah adek kak kiki.
Lain waktu. Kalau ada tetangga nanya, nanan mana? Pasti semua kening bekerut. Tapi kalau dibilang, istri si Romli. Oooooo, serentak tu jawab ooo nya, karena si bapak kan terkenal dari sabang sampai merauke.
Jadi, identitas 2 mamak sebagai istri romli
Nahhhhh..... selain 2 identitas di atas, orang-orang suka nyadar akan kehadiran mamak itu kalo dikaitkan dengan si kakak. Oooooo, mamak si lala. Nah begono.
Jadi, tolong bilang sama Dilan, yang berat itu bukan rindu, tapi yang berat itu hidup tanpa dikenal orang sebagai manusia yang utuh, tanpa ada label orang lain didalamnya (kalimat sok pintar yang mengarah pada kebodohan penulisnya.)
Komentar
Posting Komentar