Langsung ke konten utama

36 JAM BERSAMAMU

Akhirnya kamu datang.
Kamu kembali menghirup udara yang sama denganku, setelah 7920 jam kita terpisah tanpa ada sekali pun bersua.

Minggu pagi yang basah,
saat air menggenangi hampir seluruh bagian kota Dumai, kamu menelponku jam enam pagi. Dengan suara gembira. Dan mengatakan kalau kamu sedang di Dumai. Tahukah kamu, saat itu aku langsung ingin terbang ke sana. Aku ingin Tuhan menghentikan hujan sebentar saja, sampai aku bisa menjemputmu.  Tapi, langit tetap menangis. Kamu pun memutuskan untuk datang sendiri. Kamu selalu begitu, tak pernah mau menyusahkanku.

Melihatmu lagi, 
Sebelas bulan berpisah tak banyak yang berubah, hanya saja rambutmu bertambah panjang. "Kaya bandit" kamu bilang. Aku sambung, "Kaya pendekar" hahahaa.... Sayang, hal-hal kecil yang terjadi saat bersamamu terasa begitu istimewa sekarang.

Kamu datang. 
Aku bisa kembali mencium aroma tubuhmu. Melihat kamu berbicara, tertawa, marah. Mengulang semuanya hanya dalam waktu 36 jam. Terlalu cepat. Dan aku sangat benci ketika hari Minggu mulai merangkak senja. Kamu harus pulang. Genangan air mataku tak mampu menahanmu untuk tinggal sehari lagi. 

Sayang,
detik yang paling aku benci ketika bertemu denganmu adalah saat perpisahan itu datang. Aku benci melihatmu memasukkan baju ke dalam tas, aku benci melihatmu memakai jaket, sepatu, aku benci mengantarmu ke terminal, aku benci melihatmu naik ke dalam bus. Dan aku tak bisa melihatmu lagi, aku tak bisa mencium aroma tubuhmu lagi, aku tak bisa memegang tanganmu lagi. Sayang, aku tersiksa saat harus pulang ke rumah sendiri. Aku tak ingin membersihkan bekas abu rokokmu yang bertebaran di lantai, rasanya aku tak ingin mencuci gelas yang kamu pakai untuk minum. Aku ingin semuanya tetap seperti itu supaya aku tetap bisa merasakan hadirmu.

Malam itu,
entah berapa lama waktu yang aku habiskan untuk menangis. Sampai kepalaku sakit. Sampai sekarang pun aku masih menangis mengingatmu dan waktu kita yang sangat singkat. Aku tak tahu, apa yang paling aku sesali sekarang. Kedatanganmu selama 36 jam yang membuat aku seperti orang tak waras saat ini, ataukah waktu yang terlalu lambat berputar, padahal aku sudah sangat ingin kamu miliki.

Kekasihku,
tahukah kamu, aku seperti kembali pada romantisme masa remajaku saat ini. Dengan rasa yang terlalu berlebihan. Semuanya jadi 'terlalu' bagiku. Biasanya aku tak pernah seperti ini. Kenapa denganku, kenapa rasa ini melemahkan seluruh tulang belulangku. Membuatku tak berdaya. Pertama kali menginjak rumah ini tanpamu lagi, aku merasa asing. 2 bulan menyatu, kenapa dengan 36 jam kehadiranmu, aku kembali merasa sunyi dan sepi di sini. Aku seperti candu untuk menelponmu, mengirimkan sms untukmu, membaca kembali semua sms yang pernah kamu kirim, melihat fotomu. Ada apa denganku, hingga aku  tak mampu mengontrol hati dan perasaanku.

Sekarang, aku kembali menggila karena kamu. Patologis yang menyerang seluruh sel syaraf otakku. Membodohkanku. Merusak inderaku. Karena aku masih bisa mencium aroma tubuhmu di sana di sini, dimanapun aku berdiri. Aku masih bisa merasakan hangat tawamu, mesranya tatapanmu, aku masih bisa membayangkan semuanya dengan sangat baik...... Aku merindukanmu lagi......

SEJENAK SAJA, PELUK AKU. LEPASKAN SEGALA YANG ADA DALAM GENGGAMANMU, AGAR AKU DAPAT MENDEKAPMU DENGAN ERAT. SEJENAK SAJA TATAPLAH AKU. LEPASKAN PANDANGANMU DARI BUNGA LAIN YANG MERAYU. SEJENAK SAJA, DUDUKLAH DI HADAPANKU. AKU INGIN KEMBALI MENCIUM WANGIMU. AKU INGIN MENYENTUH WAJAHMU. AKU INGIN MERASAKAN ADAMU. SEBENTAR SAJA SETELAH ITU, KAU BOLEH TERBANG LAGI, HINGGAP DI TIAP BUNGA YANG KAU LEWATI. BIARKAN AKU TETAP DUDUK DI SINI SAMBIL MEMEJAMKAN MATA, DAN MERASAKAN NYATA AROMA TUBUHMU, AGAR AKU LUPA, BAHWA KAU SUDAH TAK BERADA DI HADAPANKU.


Sayang, aku jatuh cinta lagi padamu....... 
Lebih dari yang pertama kali aku rasakan saat aku menyadari arti mu untukku, dulu.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUPPERWARE

Sumini ikut mengerumuni mba Lis, pedagang tupperware di TK Sekar, anaknya. Sejak ada mba Lis, wali murid di TK Sekar seakan berlomba, mengoleksi tupperware. Jangan sampai, koleksi tupperwareku kalah sama yang lain, batin Sumini.  "Ayo mba Sumini, ini bagus loh. Senwid kiper, ada botol minumnya sekalian, gambar kuda poni warna ping," mba Lis mulai promosi. Kebetulan cicilan tupperware Sumini memang sudah lunas. Jadi, apa salahnya ambil baru? "Apa mba Lis? Senwid kiper? Apa sih itu?" Tanya Sumini.  "Tempat bekal khusus buat senwid mba Sum," Sumini mengucapkan o panjang, padahal dalam hati dia bingung, senwid itu apa. İbu-ibu lain mulai menjatuhkan pilihan tupperware yang mereka inginkan. Sumini panas, dia juga harus beli, jangan kalah dengan yang lain. "Aku pesan senwid kipernya mba Lis. Sepuluh kali bayar ya," kata Sumini. Mba Lis mencatat pesanan Sumini, dan mengambilkan barangnya di mobil.  "Kalau sepuluh kali bayar, ga...

NGERUMPI PULANG NGAJI

Ngobrol sama si kakak akhir-akhir ini seperti ngomong sama anak smp. Entahlah. mamak juga heran, kenapa anak sekarang cepat dewasanya. Padahal, sekolah masih teka, baca belum bisa, makan aja masih disuapin, eek masih dicebokin, tapi kalo pola pikir, kalah anak sd. Cita-cita aja gak ngerti artinya, malah bahas pacaran. Ampun sama si kakak. Kakak tiap maghrib sampai isya di mesjid, ngaji sama sholat berjamaah. Pulang ngaji, dia suka cerita sama mamak. Ceritanya macam-macam. Mulai dari yang penting, kaya.... Kakak : "bund, cita-cita itu apa?" Mamak : "apa yang ingin kakak lakukan ketika sudah besar." Kakak : "oh gitu." Mamak dah yakin, pasti si kakak bahas masalah jadi kasir. Cita-cita abadi kakak dari masih kecil adalah jadi kasir di serba 6000, dengan tujuan supaya bisa bebas ambil mainan. Kakak : "jadi, kalau kita ingin jadi kasir itu cita-cita." Mamak : "iya kak." Kakak : "oohhh, kakak pikir ci...

MAMAK MAUNYA APA

Ini pertanyaan yang sedang mamak ajukan ke diri mamak sendiri, berkaitan dengan si kakak (halah). Rasanya, ilmu psikologi yang mamak pelajari selama 4.5 tahun sia-sia, karena anak sendiri pun gak bisa mamak kendalikan kelakuannya.  Jadi di rumah mamak, ada tetangga baru, rumah yang dulunya kosong, kini terisi kembali. Hati mamak gembira sekali, mana tetangga mamak ini bakul kue pulak. Ah, cocok kali rasa mamak kan. Tapiiiiiii.... si kakak, yang sangat antusias tetanggaan sama teman satu sekolah, euforianya keterlaluan. Buka mata pengen langsung main ke tetangga, dan jadi sering ngebentak-bentak kalo dibilang jangan pergi main. Yah, kan gimana ya, namanya juga orang, pengen tidur, istirahat, makan dan punya banyak waktu bersama keluarganya. Dan kalau si kakak main disitu berjam-jam, yang punya rumah pasti eneg, mau nyuruh pulang gak enak, mau dibiarin makin gak enak. Mamak udah ngasi ceramah sama si kakak, semua stok ceramah agama mamak udah mamak keluarkan. Tapi gak me...