Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.....
Hehehee.... Merasa sangat sempurna setelah bisa onlen lagi menggunakan laptop ini, walopun cuma onlen pake Telkom Fleksi bukan Telepon biasa, dengan speed 0 bps sampe 4 kbps, nunggu konek bisa sambil mengggoreng pisang setandan, tak masalah. Yang penting sabar dan ikhlas.
Okehhh... Dua bulan menjadi warga Dumai adalah waktu yang terlalu singkat untuk mengenal Dumai secara dalam. Apalagi aku, yang nyaris sebatang kara di sini. Gak banyak yang bisa aku promosikan tentang Dumai selain akan ada PILKADA bulan Juni nanti. Lagi gencar-gencarnya kampanye. Hebat, tiap ada yang meninggal, kawinan, ato hanya arisan keluarga, bakalan ada karangan bunga sebesar gaban yang datang dari salah satu pasangan calon. Kelihatan banget lagi kampanye. Ntar pengen liat, kalo udah terpilih, masih seeksis itu gak mereka......
Baiklah, dimulai dari yang paling sederhana. Rumah kami di Dumai, yang terletak di jalan Anggrek. Gak tau ya, kata Rika, Villa Anggrek. Mungkin karena posisi rumahnya agak tinggi dari yang lain. Asal tau aja, Dumai ini sering banjir. Air pasang, banjir, hujan deras, banjir. Makanya kami sangat bersukur karena rumah ini bebas dari segala bentuk banjir, mudah-mudahan untuk seterusnya. Rumah kami sederhana, kecil, tapi tinggal di sini membuat kami nyaman. Kelihatan bersih karena rumah ini baru selesai dibangun. Kami lah yang dengan sukses memerawaninya. Rumah itu kami dapatkan dengan susah payah, setelah selama 2 minggu menempuh hujan panas, mengelilingi kota Dumai, menjajah motor Rika, menghabiskan stok makanan di rumah Rika, akhirnya rumah itu kami temukan #terharu. Padahal, itu rumah yang pertama kali liat, dapat referensi dari teman ibu, kebetulan masih ada yang kosong satu. Tapi dengan sombongnya kami berusaha mencari rumah lain, bak kata lagu Katon, tak bisa ke lain hati, ke rumah itu juga kami akhirnya pergi. Iseng aja nelpon tante yang punya rumah, karena udah putus asa mencari, ternyata masih ada yang kosong. Kalo jodoh emang gak kemana...... Dengan bahagia, aku dan homemaidku, Kak Rina, mengemasi seluruh barang-barang dari Pekanbaru untuk memperindah rumah mungil itu, walopun akhirnya semua sia-sia, rumah nya ya tetap gitu-gitu aja. Thanks so much untuk Rika dan pria dengan "Grandmax" nya, mereka itu yang mengangkut barang-barang yang kami bawa. Mulai dari kasur sampe motor. Berlebihan banget pokoknya waktu itu. Thanks juga untuk papa Rika yang mengikhlaskan embernya kami curi sebiji, dan mama Rika yang (terpaksa) merelakan mangkok-mangkok, gelas-gelas, toples-toples, gorden nya kami bawa ke rumah kami. Maaf Ma, kami melakukan itu tanpa sepengetahuan Mama....... Walopun awalnya malu-malu sama keluarga Rika, sekarang ini, kalo ke rumahnya, langsung mencari apa yang kira-kira bisa dibawa pulang. Biasanya dengan penuh inisiatif membungkus ayam, kue, kerupuk atau apapun yang bisa digunakan. Lumayan, menghemat pengeluaran......
Home Sweet Home....
Itu gambar rumah tampak depan. Emang gitu rumahnya, panjang ke belakang dan gak ada halaman.
Dalamnya gini. Cuma ada ruang depan, dua kamar terus dapur. Yaahhhhh, kalo buat main petak umpet, tempat sembunyi paling aman cuma masuk ke dalam sumur atau bunker.
Sebenarnya sih, dalam hati yang terdalam pengen punya rumah yang lengkap gitu. Sekalian ada bar nya, terus minuman sebangsa wine, cognag, liqeur, brandy, vodca, whiskey, tequila, lengkap dengan gelas dan garnishnya. Pasti keren, rumah kecil tapi bar nya lengkap. Apalah daya, gunung mau dipeluk, tangan tak sampai, bukannya bar tapi hanya ini,
Sebuah dapur dengan tungku minimalis, dan penuh dengan stok indomie, kerupuk, bawang, beras, kecap, cuka, dll. Jauh dari khayalan bar lengkap itu temans, jauuuhhhh.... Yang hijau di sebelahnya itu, bunker buat nampung air. Kan air beli di sini, jadi itu penampungannya. Besar juga, muat sampe 5000 liter air. Kalo hujan, ditampung juga, pake selang yang orange itu, di atap dipasang corongnya. Seandainya nanti kami terkena penyakit DBD, Malaria atau chikungunya, salahkanlah bunker itu. Karena di situlah pusat pengembang biakan nyamuk.Jadi kalo hujan bukannya makin enak tidur, tapi makin stres karena takut kebanjiran. Udah pernah kejadian sekali, airnya melimpah, sukses banjir. Kamarku tenggelam, kasurku hanyut terbawa arus. Pengalaman pahit yang menimbulkan trauma berat sampe sekarang. Untung aja kejadiannya tengah malam, kalo nggak, kan udah bisa buka kolam renang untuk umum, lumayan juga untuk tambahan.
Ini bagian belakangnya. Tempat nyuci, jemur kain, nyuci piring, dll. Itu sumur yang airnya gak layak buat dikonsumsi. Makanya kami tutup aja pake kawat nyamuk supaya gak makin meraja lela nyamuk-nyamuk nakal itu....
Jadi, emang cuma segitu aja rumahnya. Gak besar kan? Jadi kalo ada gosip simpang siur yang berlebih-lebihan bilang rumah kami tingkat tiga, itu salah besar. Kenyataannya hanya sebesar daun kok.
INTERMEZO.....
Dumai ini kota mahal. Biaya hidup tinggi. Sebagai wanita yang cerdas, aku punya siasat untuk menghemat pengeluaran..... Pertama, datanglah ke rumah orang saat jam makan, tapi jangan terus-terusan, atur waktu supaya gak terendus oleh orang yang bersangkutan maksud sebenarnya. Kedua, stok lah indomie sebanyak-banyaknya, jadi saat kepepet dan gak ada lagi yang membantu, peluklah indomie itu dengan erat, lalu bakar dia dalam air mendidih. Ketiga, usahakan cari teman serumah yang cocok, aku cocok dengan Kak Rina yang vegetarian sejati, kalo beli miso cukup satu aja, bawa pulang kerumah lalu diolah kembali dengan smart, Kak Rina makan mie nya aja, aku makan mie campur ayam. Dan yang Keempat, hadirilah setiap undangan yang datang ke kantor. Ini baru tadi aku praktekkan, yang ngundang gak jelas siapa, tapi jam setengah 12 udah ready mau pergi makan siang ke sana.... Hakhakhakak..... Niat banget. Abis makan langsung pulang, gak ada salaman sama pengantinnya yang belum siap tempur.....
Komentar
Posting Komentar