Kabogoh ku, pria yang udah mengisi hidup ku selama dua tahun ini. Aku biasanya panggil dia Aa'. Dia cowok biasa. Bagi orang mungkin dia gak punya kelebihan yang membuat dia beda dengan cowok lain, tapi bagiku dia berbeda. Di hatiku dia menempati tempat khusus, dia menjadi istimewa untukku karena dia gak pernah menganggapku istimewa.
Dua tahun menjalani proses dekat tanpa ada kata jadian, kami lebih banyak menjalani hubungan jarak jauh.
Januari 2008 kami mulai dekat, Juni 2008 aku berangkat ke Bekasi selama 6 bulan. Januari 2009 aku balik lagi ke Pekanbaru, dia pindah ke Padang. Gak lama di Padang, dia pindah lagi ke Medan. Aku juga udah lupa kapan terakhir kali ketemu dia. Yang jelas, sebelum pindah ke Medan dia mampir dulu ke Pekanbaru. Itu juga karena aku paksa2. Awalnya dia gak mau, setelah aku nangis darah, marah2 dan mengeluarkan ancaman2 gak jelas, dia berkenan mampir.
Dia gak romantis, cuek dan gak pernah berusaha berubah sedikit lebih manis, bahkan demi aku. Anaknya juga aneh, agak2 eror, tapi sering ngerasa pintar. Sering bilang aku sarjana murtad, karena katanya, dia lebih pintar dari aku walopun dia gak pernah kuliah. Sering bangga2in IQ nya yang (katanya) 120 an, sementara aku cuma 109. Dia juga malas jawab kalo aku udah nanya2in masalah kerjaannya, katanya, dijelasin seribu kali juga aku gak bakal ngerti. Kata2 yang paling sering keluar dari mulutnya, "Iyalah, aku kan hebat."
Menjalani hubungan dengannya, aku sempat kaget. Heran. Janggal. Dan gak bisa nerima kenyataan. Okeh, sebelum sama Kabogoh, aku ngejalanin hubungan sama cowok yang romantis banget, nelpon bisa 10 x sehari, sering bgt bilang "I love u", fokus utama hidup nya adalah aku. Aku selalu ngerasa tersanjung kalo lagi sama dia, melayang dengar gombalannya. Hubungan kami putus setelah dua tahun jalan. Gak ada alasan apa2, yang paling utama Ibuku gak suka aja ngeliat mantanku itu. Ibu sering ngeledekin, "Ngomongin apa aja ketemu dari pagi sampe malam. Gak bosan2 dia liat muka Nanan yang gak seberapa itu?" Dengan Kabogoh, boro2 dari pagi sampe malam, dia mau jemput siang2 aja udah sukur banget. Sore, udah dipulangin lagi.
Gimana aku gak kaget jalan sama Kabogoh, aku, yang selama ini lebih sering menginjakkan kaki ke mall daripada ke pasar (bukan sombong ya, ke mall juga cuma window shopping) diajaknya mengunjungi tempat2 yang belum pernah aku datangi. Aku, lahir, besar, sekolah, kuliah dan menghabiskan seumur hidupku sampe sekarang di Pekanbaru. Tapi, aku gak pernah jalan keliling kota Pekanbaru, banyak daerah yang aku gak tau. Jangankan Pekanbaru, nama jalan di komplek aja aku gak hapal. Jadi, aku kaya mendapatkan shock therapy dengan cara Kabogoh mengencaniku (heheheee....)
Kencan Pertama
Kencan biasa yang gagal, karena mobilku mogok dan dia terpaksa dorong mobil di jalan yang mendaki....
Kencan Kedua
Dengan yakin, dia bawa aku ke Kebun Binatang. Ibu, teman2, kakak dan semua yang aku ceritain ketawa, ngapain banget ke Kebun binatang. Kebun binatang Pekanbaru emang gak ada bagus2nya. Kotor, hewannya juga gak diurusin. Padahal tempatnya luas, kalo dirawat mungkin bakalan rame. Kabogoh gak merasa aneh ngajak aku ke sana, dia cuma mau nunjukin, kalo hewan2 di sana terlantar. Aku diajaknya keliling, sampe di kandang Singa, dia berhenti lama ngeliatan si Raja Hutan itu. Terus dia bilang, "Kasian kan Nan binatang disini, sampe Singa pun udah gak sanggup buat berdiri. Aku sering kesini sendirian, buat ngeliatin mereka aja. Kadang kasih makan kalo lagi ada uang." Emang, Singa nya cuma diam aja, keliatannya lemah banget. Aku yang gak pernah suka dengan binatang apapun, jadi ikut2an kasihan sama binatang2 itu.
Kencan Ketiga
Itu kencan paksaan, aku yang maksa2 mau ikut. Hehehehe, aku emang wanita yang agresip, gak malu2 ngomong kalo ada maunya. Waktu itu dia mau ke kandang ayam, ngeliatin ayam sakit. Sampe di kandang, aku agak2 ngeri juga, karena aku belum pernah liat kandang ayam sebesar itu, yang bisa nampung ribuan ayam. Aku juga gak pernah liat ayam sebanyak itu. Kabogoh gak perduli, dia cuek aja naek ke kandang, terus tenggelam ditengah2 ribuan ayam. Dia ngeliatin ayamnya satu2. Dicek seluruh tubuhnya. Aku sendiri, gak cukup bernyali untuk ngeliat dari dekat. Dia juga gak ngomong apa2, dia membiarkan aku bengong kesana kemari.
Kencan Keempat
Dia ngajak aku jalan. Aku yang buta arah, mengikuti dengan ikhlas kemanapun dia bawa. Sampe di suatu tempat (belakangan aku tahu nama daerahnya, Kebun Durian), ada sungai dan mesjid gitu, dia ajak aku duduk di pinggir sungai nya. Bengong aja ngeliatin anak2 main. Gitu aja, terus pulang. Aneh!!!
Kencan kelima dan seterusnya sampe sekarang, aku banyak menemukan hal2 baru. Aku melihat banyak hal yang selama ini gak pernah aku lihat. Aku ikut Kabogoh nongkrong di terminal AKAP malam minggu, itu tempat anak2 motor jual tampang, ada yang ngetrek, ada yang.... yang apa ya? Aku juga gak ngerti kenapa anak2 itu berdiri2 di atas motor padahal motornya melaju kencang. Aku jadi tahu tempat makan enak, yang letaknya dekaaattt banget dari rumahku. Banyak banget, dia banyak membuka mata ku untuk lebih peka dengan hal2 kecil yang dekat denganku.
Awal2 jalan, aku sering protes. Kenapa aku bisa jadi prioritas paling buncit dalam hidupnya setelah kerjaan, keluarga, motor, bola, etc. Dia cuek aja, gak perduli. Setelah menjalankan hubungan jarak jauh, aku lebih banyak protes. Ujung2nya bertengkar. Kami jarang bertengkar, penyebab pertengkaran kami hanya satu, aku! Aku yang selalu jadi pemicu dan pencetus perkelahian. Dia tetap cuek. Kalo lagi berantem, biasanya Kabogoh menghindari komunikasi yang lama denganku, setelah aku reda, baru dia ajak ngomong biasa. Jadi aku gak dapat perlawanan yang seimbang.
Hubungan yang kami jalani adalah hubungan yang berdiri diatas perbedaan. Semuanya beda. Ibu, yang setia menjadi pengamat sosial anak2nya, selalu bilang, kalo aku dan kabogoh bertolak belakang dalam segala hal.
Perbedaan yang menonjol, adalah fisik. Aku, gendut, pendek, berwajah bulat dan lebar. Kabogoh, kurus, tinggi dengan wajah tirus. Waktu aku liatin foto Kabogoh ke temanku, Nia, dia kaget dan spontan ngomong, "Ya Allah Nan, cowok kau pecandu tu. Cepatlah sadar." Hakhakhakhak.....
Latar belakang hidup yang kami jalani pun beda. Aku, seumur hidup tinggal dengan orang tua, walopun bukan keluarga kaya, tapi cukup mampu memenuhi kebutuhan2 hidupku. Kabogohku, dari latar belakang keluarga biasa, tapi menurutnya, sejak krisis moneter usaha bapaknya menurun drastis, berawal dari situ, dia harus berjuang sendiri memenuhi kebutuhan hidupnya. Keluar masuk hutan juga dijalaninnya supaya bisa makan. Dan itu dilakukannya sendiri.
Sifat dan karakter kami gak sama. Misalnya kalo lagi bertengkar, aku yang paling berapi2 ngomel, marah2 dengan intonasi suara tinggi, sampe nangis2 gak tentu arah. Dia nya diam aja. Paling parah, dia matikan hape. Tapi kalo udah netral, dia ngajak membahas masalah baik2, dia ngomong biasa, gak keras, gak ngomel, tapi PASTI aku jadi terdiam. Karena semua yang dia bilang benar, aku yang salah.
Aku sering ngerasa gak suka, gak puas, gak senang dengan sikap dia terhadapku. Dia jarang banget bilang sayang, cinta, dan sejenisnya. Kalo aku tanya dengan nista, "Kamu sayang aku?" sekali dua kali dia jawab, "Iya, aku sayang kamu." Tapi jangan coba2 tanya lagi, jawabannya jadi nyebelin, "Ingat umur Buk! Umur udah tua, masa masih kaya anak SMP yang bilang2 sayang terus." Aku gondok. dan malu. Pernah juga, aku kirim poto manis, dengan pose menawan (halah, lebay.....), dia balas sms, Ngapain kirim2 poto gitu, posenya gitu2 aja, menuh2in memori. Gimana aku gak nangis bombay??? Lain waktu, dia yang minta kirim poto, katanya kangen. Aku kirim poto jelek, muka bangun tidur yang belum nyentuh air, kalo lagi baik, dia bilang, manis banget, keliatan natural muka kamu. Kalo lagi jahat, dia bilang, kaya mau tanding sumo. Next, waktu jalan ke mall, aku ngeliat baju lucu, karena lagi gak punya duit, aku minta izin ngambil duitnya, dia bilang boleh, sukses lah aku punya baju lucu itu. Terus, waktu lagi telpon2an, aku bilang, aku mau minta kado buat ulang tahun ku, dia jawab, itu kan udah tadi beli baju. Ngerasa gak ikhlas dapat kado baju sebiji, aku protes, masa cuma itu aja, tambah baju satu lagi. Dengan tegas dia bilang, "Udah itu aja, jangan ngelunjak." Tu kan? Jahat! Hatiku teriris2 dengarnya.
Pernah juga, aku main ke rumahnya yang di Bogor, waktu aku masih di Bekasi, dia mudik seminggu sebelum pindah dari Pekanbaru ke Padang. Pulangnya aku naik bus, dia nganterin ke Baranangsiang (bener gak ini nama terminal di Bogor?). Aku, yang menyadari kalo itu adalah pertemuan terakhir kami, setelah itu dia pindah kerja, berharap akan ada moment2 romantis sebelum berangkat, misalnya ngobrol dulu setengah jam, terus dia bilang pasti dia bakalan sedih pisah jauh dari aku. Yang terjadi : Dia narik2 tangan aku, kaya lagi narik karung beras, nganterin ke bus dengan terburu2, ngeliatin sampe aku duduk. UDAH!!! Gitu aja. Musnah semua angan2 tentang perpisahan romantis itu.
Memang, Kabogoh gak pernah memperlakukanku dengan khusus. Kadang aku iri, ngeliat gimana Bang Ricky, suaminya Nanien, memperlakukan Nanien dengan romantis, memuja sepanjang masa, telpon2an tiap saat. Ato, pacarnya Indah, Mas Adi, yang jatuh cinta sama Indah pada pandangan pertama. Aku tanya sama Kabogoh, apa dia love at the 1st sight sama aku, jawabannya bikin pengen bunuh diri. "Pertama kali jumpa aku kasian liat kamu, kamu kaya vespa, gak ada menarik2nya."
Tindakan2 asusila yang Kabogoh lakukan banyak, gak cukup hanya ketiduran waktu aku telpon buat curhat, bilangin rambut aku cuma tiga lembar waktu aku bilang aku pengen warnain rambut, mengutamakan kerjaan diatas segalanya. Aku yang harus lebih mengerti. Supaya aku gak tersiksa sendiri.
Seiring berjalan waktu, aku lebih tenang sekarang. Aku mengerti dengan segala tingkah minusnya. Sekarang ini, dia benar2 gak perduli dengan ku, karena kerjaannya numpuk. Biasanya kalo kejadian kaya gini, perang teluk akan meletus. Aku stress, marah, pengen putus. Dia juga emosi karena aku gak ngerti dengan kerjaannya. Maka, aku perlu berkompi2 pasukan untuk memenangkan peperangan itu, ya aku kalah telak. Cukup dia ngomong satu kalimat aja, aku sadar aku yang salah. Sekarang aku terbiasa. Mungkin malah kabogoh yang heran kenapa aku gak marah2 kaya biasanya, malahan dia sms, maaf ya, aku gak sempat perhatiin kamu kaya biasanya. Heheheee......
Diingat2, dia juga pernah kok melakukan hal kecil yang manis. Pas aku ulang tahun ke 24, dia gak ngasih apa2, karena waktu itu aku masih di Bekasi. Lebaran pulang ke Pekanbaru kami jalan, sampe di rumahnya, dia buka jok motor, ngambil bungkusan yang ternyata isinya cincin. Aku terharu. Walopun dia ngasihnya bulat2 gitu aja, sekalian tempatnya, tanpa ada inisiatif memasangkan ke jariku, aku tetap terharu. Aku pengen nangis saking bahagianya, tapi.... ah, lagi2 dia merusak suasana, "Udah jangan berlebihan gitu, ntar juga kalo gak ada duit mau di jual lagi."
Sekarang aku malah mencintai dia yang seperti itu. Dia selalu menerima ku apa adanya, gak pernah nuntut aku buat diet, buat cantik, buat wangi. Dia gak pernah memintaku untuk sempurna. Aku jadi nyaman menjadi diriku. Jalan sama dia, aku gak perlu make up lengkap. Dia malah komentar kalo aku dandan, "Itu pipi kenapa merah2?" atau "Aduh, jalan kita jauh banget ya, sampe mata kamu merah2 gitu?" awalnya aku heran, terus ngeliatin di cermin, ternyata mataku gak merah, dia ketawa dan aku sadar, dia menghina eye shadow ku. Lain waktu dia bilang, "Habis parfum sebotol ya kalo kita mau jalan."
UGH, dia emang abnormal dengan segala kelakuannya itu. Tapi aku heran, dia banyak fans. Gak cukup seorang dua orang cewek yang suka ma dia, yang pdkt ma dia, yang (parah banget) ngajakin check in ato bapak2 yang minta dia jadi menantu, malas aku dengarnya, aku kesal. Gak satu dua orang cewek2 ganjen yang coba merusak hubungan kami, awal2nya aku emang goyah, sekarang udah biasa aja. Kalo emang dia tergoda, ya udah, aku mulai lagi misi loveseeker.
Kabogoh, pria istimewa dihatiku. Dia gak pernah memintaku untuk melakukan apapun untuk membuatnya tetap mencintaiku. Dia membiarkanku jadi diriku seada adanya. Dia menerima segala kekuranganku. Dia memaklumi sifat2 burukku. Dia memahami saat aku marah dan menangis. Aku tahu dia pun merasa takut menjalani hubungan bersamaku. Dia takut gak bisa membahagiakanku, dia takut jika kelak kami bersatu aku akan terseret ke dalam masalah2 hidupnya, dia takut dia gak mampu memberikan kehidupan layak untukku, banyak ketakutan yang pernah dia bilang padaku. Namun, dia gak pernah mengeluh, dia menunjukkan kerja keras, benar2 keras, sampai waktunya 24 jam habis untuk bekerja. Itulah kabogoh ku, selalu bekerja keras menutupi kekuranganku yang terbiasa hidup dalam kemudahan. Aku ingin mengambil sedikit saja semangat juangnya, semangat kerjanya, pola pikirnya.
I'm not his princess.... Dia gak memujaku dengan berlebihan, dia gak menganggapku segala2nya, dia gak pernah bilang aku cantik, dia marah kalo aku salah, rotasi hidupnya gak terfokus padaku. Ya, dia gak pernah bilang aku sempurna, namun saat dia bilang, "Aku akan berusaha dengan cara apapun untuk menjadi pasangan hidup terbaik seorang inanda Tesniana" itu udah lebih dari cukup. Seribu kali kata cinta pun, gak bisa menandingi indahnya perasaanku saat dia mengatakan itu.
Ya Tuhan, inanda Tesniana? baiklah, ini R nya, lengkaplah Rinanda Tesnian
BalasHapusbukannya nama kakak rinanda tesniana? kurang lagi tuh jadi tesnian hahaha cieee lucu banget yaa kabogohnya ;)
BalasHapusata.
"gabosen dia liat muka nanan yang ga seberapa itu?" ya ampun .. ibu nya nanan sungguh jujur dan tega. ckck.. kabogohnya nanan lucu deh. gaperlu sok romantis, dia ngungkapinnya lewat tindakan, bukan kata-kata kosong doang. pasti nanan sayang bgt nih ama dia. ;)
BalasHapusWANJEERRR!!!!!! KEREEENNNN!!!!!!!
BalasHapus*tuing-tuing*
BalasHapussepi pengunjung ya?
hmm... aku ga tahu gimana cara mencintai seseorang.
kadang2 iri juga melihat hubungan orang lain.
modah2an bisa sampai merit ya nan.. ;)